REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Non-fungible token (NFT) kini semakin populer di berbagai kalangan. Karya digital ini bisa dijual dan laku dengan harga fantastis.
Ada yang harus diperhatikan ketika ingin membeli atau menjual NFT. Wakil Pemimpin Redaksi Koran Republika Nur Hasan Murtiaji menjelaskan, setidaknya ada tiga aspek yang menjadi pertimbangan ketika menjual karya NFT, yakni unik, langka, dan memiliki nilai sejarah.
Contohnya, kata dia, Republika memutuskan melepas kover edisi 28 Januari 2008 bergambar presiden kedua RI Soeharto berjudul "Selamat Jalan" menjadi NFT. Sampul koran itu mendapatkan penghargaan dari World Associations of News Publishers (WAN-IFRA). Kover tersebut mendapatkan penghargaan medali emas dari WAN-IFRA pada 2009 dengan kategori Best Front Page Design.
"Itu kami lihat sebagai sesuatu yang unik, langka, dan punya nilai sejarah karena itu juga momen ketika Presiden RI kedua meninggal. Jadi, konten yang punya nilai seperti itu yang memang kami tawarkan kepada publik," ujar Hasan.
Republika pun lebih dari hanya sekadar menjual NFT. Menurut Hasan, media nasional ini memiliki nilai untuk melakukan literasi dan edukasi. Ketika Republika menjual suatu kover, maka ada berita dan gambar yang menunjukkan atau membawa suatu pesan.
"Itu lebih dari sekadar sebuah karya seni. Di situ ada juga news-nya. Ini yang ingin kami sampaikan. Ketika kita minting ke NFT, dalam kacamata kami, lebih dari hanya sekadar menjual, tapi juga dalam rangka menyimpan berita tersebut secara abadi," papar dia.
Co-founder Dago DAO & Soilets NFT Dissa Kamajaya, membeli karya NFT merupakan bentuk apresiasi kepada kreator. Sebab, Dissa mengaku senang melihat kreator itu maju saat ada yang membeli karyanya.
Maka dari itu, pertimbangan Dissa untuk membeli sebuah karya NFT adalah bagaimana seseorang bisa terkoneksi secara logika/spiritual/estetis ke karya tersebut. "Kita membeli karena menyukainya. Karena memang gue pengen saja punya karya itu," ujar Dissa yang mempunyai nama artistik 0xtx ini.
Lain lagi kalau membeli NFT untuk mencari keuntungan. Tentunya, itu harus berdasarkan banyak pertimbangan. Pertama, kata Dissa, yang harus dipikirkan sebetulnya dalam NFT adalah jangan membayar sesuatu yang bisa hilang.
"Jadi, kalau bisa, uang yang kita keluarkan untuk NFT ini adalah uang yang memang kita rela untuk hilang. Jadi, memang ketika beli, ya sudah kalau hilang, 'I'm okay and i'm good holding this JPEG till zero. Jadi, kita tidak punya beban di situ," kata Dissa.
Dissa pun mengungkapkan, biasanya kadang sulit untuk melepas NFT karena ada rasa keterikatan. Misalnya, rasa keterikatan itu muncul karena sehari-hari melihat NFT-nya atau item tersebut dijadikan wallpaper. Cara paling mudah untuk mengatasi hal ini adalah mengingat niat awal.
"Menurut saya, cara paling mudah kalau memang mau menjual NFT, dari awal sudah harus diniatkan bahwa ini NFT buat dijual lagi. Karena biasanya kesulitannya nanti kalau sudah banyak collect karya, kita cenderung agak sulit melepasnya karena sudah ada emotional attachment-nya. Enggak mau dijual gitu," ucap dia.