REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam dunia jurnalisme, kegagalan memberikan kredit kepada sumber berita disebut plagiarisme. Sementara di dunia media sosial, kegagalan memberi kredit pada influencer dan orang kulit hitam yang terpinggirkan disebut apropriasi budaya.
Kondisi ini kerap terjadi ketika tren tarian di TikTok atau membagikan foto di Instagram dibuat pertama kali oleh orang kulit hitam. Namun, masalah ini teratasi karena sekarang ada fitur baru di platform yang akan memastikan para kreator mendapatkan kredit.
Instagram telah memperkenalkan enhanced tag, sebuah tag yang dibuat khusus untuk akun profesional dan influencer yang memastikan pembuat di balik akun tersebut mendapatkan kredit untuk konten mereka.
Fitur itu dibuat oleh Analis Data Alexis Michelle Adjei dan Insinyur Cameryn Boyd dalam upaya mengatasi masalah yang dihadapi para kreator kulit hitam saat membagikan konten mereka di platform milik Meta. Mereka seperti tidak mendapatkan pujian karena memulai tren viral mendapat keuntungan apa pun.
Mengangkat suara kulit hitam di Instagram
Sebuah studi yang diterbitkan oleh MSL dan The Influencer League pada Desember 2021 yang berjudul Time to Face the Influencer Pay Gap menemukan kesenjangan gaji 35 persen antara influencer media sosial kulit putih dan orang kulit hitam.
Selain itu, studi juga menemukan 41 persen influencer media sosial kulit putih menghasilkan hingga 100 ribu dolar AS per tahun dibandingkan dengan 23 persen influencer hitam, pribumi, dan orang kulit berwarna (BIPOC) dengan ukuran audiens yang sama dari 50 ribu pengikut atau lebih.