Kamis 03 Mar 2022 19:25 WIB

Arkeolog Ungkap Stonehenge Ternyata Berfungsi Sebagai Kalender Matahari

arsitektur Stonehenge dipecah menjadi 2 bagian agar sesuai dengan titik b

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Dwi Murdaningsih
Stonehenge atau lingkaran batu berusia 5.000 tahun di dekat Amesbury, Inggris.
Foto:

Jika Matahari pernah berada di tempat yang salah pada titik balik matahari, maka orang-orang kuno di Wiltshire akan tahu bahwa mereka salah dalam menghitung tahun.

Tak satupun dari pengaturan di Stonehenge tampaknya cocok dengan 12 bulan yang membentuk satu tahun. Namun, ada kemungkinan bahwa beberapa batu yang hilang atau dipindahkan di situs bertanggung jawab untuk melacak ini. Yang jelas adalah bahwa arsitektur Stonehenge telah dipecah menjadi dua bagian agar sesuai dengan dua titik balik Matahari.

Minggu-minggu yang berlangsung selama 10 hari mungkin tampak tidak biasa sekarang. Namun, masa-masa itu mungkin umum pada saat Stonehenge pertama kali dibangun.

Kalender matahari serupa telah dicatat di Mesir, selama periode waktu di sana yang dikenal sebagai Kerajaan Lama (Old Kingdom). Sepuluh hari dalam sepekan juga muncul di wilayah lain.

“Kalender matahari seperti itu dikembangkan di Mediterania timur pada abad setelah 3.000 SM dan diadopsi di Mesir sebagai Kalender Sipil sekitar 2.700 SM, dan digunakan secara luas pada awal Kerajaan Lama sekitar 2.600 SM,” kata Darvill.

Yang tidak jelas adalah apakah pengetahuan ini bisa sampai ke selatan Inggris pada saat itu. Stonehenge agak unik dalam desain dan konstruksi, serta mungkin telah dikembangkan sepenuhnya oleh penduduk setempat.

Untuk saat ini, pengakuan Stonehenge sebagai kalender yang berfungsi penuh memberi kita gambaran yang lebih baik tentang bagaimana orang-orang pada masa itu hidup dan merayakannya.

 

“Menemukan kalender matahari yang diwakili dalam arsitektur Stonehenge membuka cara baru untuk melihat monumen sebagai tempat tinggal,” kata Darvill.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement