REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mana yang lebih sulit: menerbangkan orang ke luar angkasa atau membawa orang kembali ke Bumi dari luar angkasa?
Ternyata, keduanya butuh presisi tinggi agar selamat. Peluncuran ke ruang angkasa dan kembali ke Bumi punya tantangan dan bahaya berbeda. Untuk meluncurkan astronot ke ruang angkasa, roket harus mengalahkan daya tarik Bumi.
Untuk itu, roket perlu bahan bakar dalam jumlah besar, dan menggunakan apa yang disebut prinsip gaya tendangan balik. Seperti halnya juga balon yang melejit di udara, karena dari bagian bawahnya keluar udara.
Namun, roket tidak boleh melejit tanpa kendali. Agar roket melaju dengan lurus, mesin atau pendorong mengendalikan gas yang menyemprot ke luar dan mendorong roket ke arah yang benar. Sebuah sistem navigasi khusus menetapkan arahnya.
Namun demikian, roket kadang jatuh. Misalnya 2014 sebuah roket Antares terbakar hanya beberapa detik setelah diluncurkan. Bersama roket itu, wahana pengangkut logistik bagi stasiun ISS yang berada di dalamnya, juga terbakar.
Jika kapsul pengangkut astronot sudah mencapai orbitnya, tantangan berikutnya yang harus dihadapi adalah terbang mendekati stasiun ruang angkasa ISS.
Dengan menyalakan roket penggerak berpresisi tinggi, komputer mengatur agar kapsul berada di posisi sama seperti ISS dan bergerak dengan kecepatan sama. Kesalahan sedikit saja bisa menyebabkan tubrukan. Dalam situasi darurat, astronot harus mampu mengendalikan kapsul secara manual agar dapat merapat.