Laporan WWF mencatat para ilmuwan menggunakan pengukuran dan sampel dari koleksi museum untuk membandingkan dan mengidentifikasi perbedaan utama dengan fitur hewan dan tumbuhan yang baru ditemukan. Seorang kurator di Institut Zoologi Universitas Cologne, Thomas Ziegler mengatakan, bahwa mempelajari perbedaan seperti itu dapat membantu menentukan kisaran spesies dan ancaman terhadap kelangsungan hidup mereka.
Namun, mengidentifikasi spesies baru itu rumit, dan terkadang hanya dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai metode. Metode tersebut seperti panggilan katak dan data genetik yang digunakan untuk membedakan katak kecil daun kapulaga, yang ditemukan tinggi di pegunungan Kapulaga di suaka margasatwa.
Beberapa spesies ditemukan di lebih dari satu negara, termasuk ular siput kembar berwarna oranye terang, yang memakan siput. Sementara itu jenis baru begonia dengan bunga kemerahan dan buah seperti berry juga ditemukan di dataran tinggi Myanmar. Di sana, pertambangan dan penebangan liar telah menjadi ancaman yang semakin mengerikan di negara itu.
Terlepas dari perambahan manusia di hutan tropis dan zona liar lainnya, sebagian besar Mekong Besar masih sedikit dieksplorasi dan setiap tahun puluhan spesies baru ditemukan. Ini adalah secercah harapan karena begitu banyak spesies punah.
Tidak semua spesies baru ditemukan jauh di dalam hutan. Salah satu spesies tanaman baru adalah tanaman jahe yang disebut "kutu busuk" karena baunya yang menyengat mirip dengan kumbang besar yang digunakan orang Thailand untuk membuat sejenis saus sambal yang disajikan dengan nasi.