Reinfeksi akibat omicron
Sementara itu, sebuah studi skala besar yang diterbitkan di The Lancet pada Maret 2021 mengungkapkan bahwa penyintas Covid-19 akan terlindungi dari infeksi SARS-CoV-2 selama enam bulan. Studi tersebut juga menyebut bahwa risiko reinfeksi lebih besar pada kelompok usia 65 tahun ke atas.
Kini, seiring dengan meluasnya penyebaran SARS-CoV-2 varian omicron, makin banyak orang yang mengalami reinfeksi Covid-19. Reinfeksi diartikan ketika seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) lalu terinfeksi lagi di kemudian hari.
Para ahli meyakini bahwa tingginya kasus reinfeksi dipengaruhi oleh omicron. Laporan awal dari Inggris menunjukkan bahwa kasus reinfeksi karena omicron meningkat tiga hingga delapan kali lipat dibandingkan dengan varian awal.
Dokter penyakit menular di Amerika Serikat, Anthony Fauci, mengatakan bahwa omicron sangat berbeda dari varian sebelumnya. Varian omicron memiliki karakter yang lebih banyak bermutasi dibandingkan dengan varian lain, entah itu alpha, beta, bahkan delta.
"Yang membuat omicron sangat menular adalah perubahan protein lonjakan (spike protein) virus, bagian virus yang mengikat sel manusia sebelum menginfeksinya. Mutasi atau perubahan ini membuat virus sangat lengket, sehingga lebih mudah menempel pada sel dan membuat peningkatan penularan," jelas Carla Garcia Carreño, kepala penyakit menular di Children's Medical Center Plano, seperti dilansir Huffington Post, Selasa (11/1/2022).
Baca juga : Gejala Omicron di Kulit, Bibir, dan Kuku Bisa Jadi Tanda Darurat