REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang anak perempuan berusia 11 tahun menjadi pasien pertama yang menjalani operasi ginjal dengan teknologi 3D. Teknologi 3D memungkinkan dokter melakukan operasi dengan lebih cepat dan dengan akurasi yang lebih baik.
Pasien bernama Libby tersebut mengidap komplikasi pada ginjal dan saluran kemih. Masalah yang dialami Libby diperkirakan terjadi pada satu dari 200 anak. Akan tetapi, masalah pada Libby baru terdeteksi ketika dia sudah agak besar.
Kondisi ini membuat terbentuknya penyumbatan di ureter Libby, yaitu saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Penyumbatan ini membuat Libby harus merasakan sakit yang hebat. Semakin bertambah usia, semakin sering episode sakit yang dialami Libby.
Untuk memperbaiki kondisi ini, tim dokter mengoperasi Libby dengan menggunakan peralatan laparoskopi 3D. Alat ini hanya selebar 4 mm dan lebih umum digunakan untuk operasi otak.
Alat 3D yang memiliki harga sekitar 20.000 euro atau sekitar Rp 321,3 juta ini membantu ahli urologi anak yang menangani Libby, Mark Woodward, bekerja lebih baik. Selain memiliki akurasi tinggi, alat ini juga menampilkan gambar yang lebih baik di layar sehingga dokter dapat melakukan operasi dengan lebih cepat dan lebih akurat.
"(Dengan teknologi 3D) Anda bisa mengetahui dengan baik berapa sudut jarum Anda," ungkap Dr Woodward, seperti dilansir BBC.
Normalnya, masalah seperti yang dialami Libby memerlukan operasi selama 2-3 jam. Akan tetapi, alat 3D dapat menurunkan waktu operasi hingga 20 persen.
Kehadiran teknologi ini dinilai dapat membantu banyak anak dengan masalah serupa untuk menjalani operasi yang lebih singkat. Alat ini juga memungkinkan calon dokter bedah unutk mempelajari kemampuan operasi dengan lebih cepat.