Senin 13 Dec 2021 06:37 WIB

Virus Corona Serang Jaringan Lemak, Apa Dampaknya?

Virus corona juga menginfeksi sel-sel lemak dan berdampak pada jaringan sekitarnya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Pasien Covid-19 di ICU Rumah Sakit Umum Dr Abdulah Nakas di Sarajevo, Bosnia, Jumat, 17 September 2021. Studi mengungkap, virus corona dapat menginfeksi sel-sel lemak. Temuan ini dapat menjelaskan alasan mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit parah dan kematian akibat Covid-19.
Foto:

Seorang profesor kardiologi di Johns Hopkins Medicine David Kass mengatakan kepada Times bahwa virus corona tampaknya menghindari pertahanan kekebalan tubuh dan "berkumpul" di jaringan lemak. Hal ini yang memungkinkannya untuk bereplikasi dan memicu respons kekebalan yang parah.

"Jika Anda benar-benar sangat gemuk, lemak adalah organ tubuh tunggal terbesar di tubuh Anda. Virus corona dapat menginfeksi jaringan itu dan benar-benar tinggal di sana," ujarnya.

Jaringan lemak itu jadi tempat untuk memperkuat virus corona karena menjadi tempat semacan reservoir. Penulis penelitian juga mengungkapkan, lemak tubuh yang terinfeksi virus corona bisa berkontribusi pada long Covid yang telah menyebabkan gejala yang berlangsung selama berpekan-pekan atau berbulan-bulan setelah seseorang pulih dari infeksi.

"Temuan ini dapat membuka jalan untuk perawatan Covid-19 baru yang menargetkan lemak tubuh. Obat-obatan yang meredakan peradangan jaringan adiposa pada pasien obesitas dapat membantu pasien Covid-19," tulis mereka.

Times melaporkan, penelitian ini mungkin menunjukkan bahwa profesional perawatan kesehatan harus mempertimbangkan berat badan dan lemak tubuh pasien saat memberikan vaksin dan perawatan Covid-19.

"Makalah ini adalah seruan lain untuk profesi medis dan kesehatan masyarakat untuk melihat lebih dalam masalah individu yang kelebihan berat badan dan obesitas serta perawatan dan vaksin yang kami berikan kepada mereka," seorang peneliti obesitas di University of North Carolina di Chapel Hill, Barry Popkin, yang telah mempelajari risiko Covid-19 untuk pasien yang kelebihan berat badan dan obesitas mengatakan kepada surat kabar itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement