REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Wasito mengatakan, SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, akan terus mengalami mutasi. Proses itulah yang kemudian memunculkan varian-varian baru seperti delta dan omicron.
Mutasi bisa terjadi di semua negara di mana Covid-19 pernah terdeteksi. Virus yang berasal dari kelelawar ini telah mengalami ribuan mutasi dalam tubuh kelelawar lalu menular ke manusia dan kini sudah menular antarmanusia.
Wasito menjelaskan, virus corona mengalami mutasi berulang-ulang di kelelawar. Itulah yang dulu menyebabkan sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Saat ini, masih terus dicari alasan terjadinya mutasi ribuan kali dalam sirkulasi darah dan dalam sel jaringan kelelawar.
"Yang kini masih menjadi misteri, tidak semua kelelawar memiliki corona," kata Wasito dalam webinar yang bertajuk "Merdeka Covid-19" yang diselenggarakan oleh Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Rabu (30/11).
Virus corona pada kelelawar tampak berbeda dengan virus corona hewan ternak besar, unggas, dan hewan kecil. Wasito melihatnya saat melakukan penelitian pada 1988.
Menurut Wasito, awalnya virus tersebut tidak menular ke manusia. Akan tetapi, usai banyak mutasi di kelelawar, akhirnya itu pun terjadi.
Gejala-gejala yang dialami hewan yang terinfeksi virus corona umumnya memang ada di seputar saluran pernapasan. Tapi, tidak sedikit juga kasus-kasus serangan virus corona pada saluran pencernaan hewan.