Minyak neem tidak beracun bagi manusia maupun lebah. Tapi petani tetap lebih suka menggunakan pestisida dari zat kimia. Padahal di Mali, tiap tahunnya ribuan orang sakit akibat keracunan pestisida. Zat kimia ini banyak dijual di seluruh kota.
Mamadou Bah, seorang pedagang bahan pertanian menjelaskan di musim hujan, petani membeli banyak pestisida hingga 20, 30, 40 kotak.
Petani lebih suka menggunakan zat kimia karena lebih mudah digunakan daripada minyak Neem. Demikian ungkap Habid Adjet. Ia menawarkan pelatihan bagi orang-orang di kawasan selatan Mali, yang ingin beralih ke pertanian organik. Itu mencakup juga bagaimana cara membuat pestisida organik.
Campuran minyak neem dengan air mengandung sabun adalah 1:50. Setelah dicampur, siap digunakan. Tapi minyak itu sensitif terhadap sinar matahari, sehingga sebaiknya digunakan setelah matahari terbenam.
Ketika sedang menempatkan minyak, Habid Adjet menemukan sejumlah cacing di lahan pertanian jagung.
"Cacing-cacing sudah mulai memakan kuncup jagung. Saat pertama kali mengurus tanaman, kami belum berhasil memusnahkan seluruh telur cacing,“ cerita Habib Adjet.
Konsultan independen pengusaha muda itu menambahkan, “Yang belum kami musnahkan, akan menetas dalam 4 atau 5 hari, tapi kami akan menghancurkan mereka. Dan jika mengulang perawatan 4 kali sebulan, cacing akan mati."
Spesialis sudah meyakinkan pengusaha Issiaka Koné bahwa produk baru itu tepat baginya. "Neem dari pohon Mimba yang akan selalu ada di sekitar kita. Biaya memproduksi minyak ini juga tidak banyak, jadi saya senang dapat informasi ini." kata Issiaka Koné.
sumber: https://www.dw.com/id/minyak-mimba-untuk-pertanian/a-60016359