Dilansir Live Science, Senin (15/11), para peneliti menggunakan teknik Micro Capture-C yang memungkinkan pemetaan yang sangat rinci dari jalinan DNA di dalam inti sel. Mereka menemukan penambah hanya menghubungi satu gen, yaitu LZTFL1.
LZTFL1 belum pernah dipelajari dengan baik tetapi penelitian sebelumnya mengungkapkan ada sedikit kandungan protein. Dalam konteks infeksi dan peradangan, kadar LZTFL1 yang rendah mendorong transisi sel paru-paru khusus tertentu menjadi keadaan yang kurang terspesialisasi. Kondisi tersebut terjadi pada pasien Covid-19 yang parah.
Tim peneliti memeriksa biopsi paru-paru dari orang yang telah meninggal karena Covid-19. Mereka menemukan paru-paru pasien dilapisi dengan area yang luas dari sel-sel terdespesialisasi ini. Ini berarti orang yang lebih banyak memiliki LZTFL1, kinerja pelindungnya menjadi lambat sehingga memungkinkan virus merusak paru-paru lebih efektif.
Penemuan LZTFL1 dilaporkan pada 4 November di jurnal Nature Genetics. Ini dapat mengarah pada penelitian baru tentang perawatan covid-19.