Senin 01 Nov 2021 16:49 WIB

Krisis Iklim Lebih Berbahaya Bagi Anak-Anak

Anak-anak merasakan suhu 7,7 kali lebih panas dibanding kakek nenek mereka.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang anak ikut dalam aksi di Brisbane, Australia,  menyelamatkan bumi dari perubahan iklim global (Ilustrasi)
Foto:

Save the Children menekankan masih ada waktu untuk mengubah masa depan yang suram ini. Jika kenaikan dijaga hingga maksimum 1,5 derajat, beban antargenerasi pada bayi yang baru lahir berkurang 45 persen untuk gelombang panas; sebesar 39 persen untuk kekeringan; sebesar 38 persen untuk banjir sungai; sebesar 28 persen untuk gagal panen, dan sebesar 10 persen untuk kebakaran hutan.

 

Selina menambahkan, anak-anak di Indonesia akan menjadi salah satu yang terkena dampak terburuk dari krisis iklim ini.

"Tanpa tindakan yang segera, kita akan menyerahkan masa depan yang suram dan mematikan pada anak-anak kita," ujar Selina.

 

Selain itu, ia menjelaskan, krisis iklim pada intinya juga adalah krisis pada hak anak. Menurutnya, kita perlu melakukan hal sederhana dimulai dari diri sendiri dan keluarga.

Misalnya, dengan menghapus ketergantungan kita pada bahan bakar fosil, memulai gaya hidup ramah lingkungan dan berpartisipasi aktif dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Pemerintah juga harus mengembangkan tata kelola mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang inklusif dengan memperhatikan kebutuhan kelompok rentan seperti anak-anak melalui kebijakan, program, dan penganggaran yang berpihak kepada anak. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement