Ahad 31 Oct 2021 17:51 WIB

Raih Beasiswa Sampai S2 di Jepang, Ini Kiat Suksesnya

Tiga poin penting yang harus dimiliki pemuda ikhlas, adaptif dan menghormati guru

Klinik Pendidikan MIPA (KPM) kembali menggelar seminar revolusi mental dengan tajuk “Revolusi Mental Pemuda Milenial di Era Disrupsi dengan Menggunakan Otak Di Dada” pada Jumat (29/10).
Foto: Klinik Pendidikan MIPA
Klinik Pendidikan MIPA (KPM) kembali menggelar seminar revolusi mental dengan tajuk “Revolusi Mental Pemuda Milenial di Era Disrupsi dengan Menggunakan Otak Di Dada” pada Jumat (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Klinik Pendidikan MIPA (KPM) kembali menggelar seminar revolusi mental dengan tajuk “Revolusi Mental Pemuda Milenial di Era Disrupsi dengan Menggunakan Otak Di Dada” pada Jumat (29/10). Seminar ini menghadirkan Motivator Suprarasional ternama Raden Ridwan Hasan Saputra dan seorang pemuda cerdas yang juga merupakan alumni KPM, Ghiffari Aby Malik Nasution.

Dalam seminar ini, Ridwan menyatakan kekhawatirannya terhadap pemuda Indonesia yang saat ini mengalami kelunturan akhlak. Sering dijumpai anak murid yang tidak menghormati gurunya bahkan orang tuanya. Mereka menganggap remeh gurunya bahkan bersikap tidak sopan.

Baca Juga

Ridwan menjelaskan dua kunci sukses dalam hidup, yang pertama adalah dengan memuliakan guru. Hal ini telah banyak dirasakan sendiri oleh Ridwan, yang paling nyata dirasakan adalah muridnya sendiri.

“Dulu ketika saya masih sering mengajar, ada murid yang sering main ke rumah saya, minta nasihat atau sekadar main saja. Sekarang hidupnya sejahtera bahkan sangat berkecukupan, dan saya yakin itu karena dia menjalin hubungan yang baik dengan gurunya dan menghormati gurunya. Sedangkan ada satu murid yang cuek saja dengan gurunya, sekarang hidupnya biasa saja,” ungkap Ridwan dalam siaran persnya.

Selanjutnya, Ridwan menjelaskan kunci sukses yang kedua dan terpenting, yaitu mencari ridho Allah SWT. Dalam kaca mata ilmu suprarasional, seseorang dapat mencapai kesuksesan apabila dalam kehidupannya mencari ridho Allah. Ridwan mengajak para peserta untuk merevolusi mental dari yang sebelumnya bekerja untuk mengharapkan gaji, kekayaan, ketenaran, dan hal-hal duniawi lainnya berubah menjadi mengharapkan ridho Allah.

Mendengar hal tersebut pastinya sangat sulit bahkan mustahil dilakukan. Pasalnya, setiap orang pasti bekerja mengharapkan gaji untuk kehidupannya. Namun, ilmu yang diajarkan Ridwan bukanlah sekadar berdasarkan pendapat beliau. Ilmu tersebut sudah dibuktikan dengan Ridwan sendiri selama membangun KPM.

Contoh nyata selain Ridwan adalah murid KPM. Ghiffari Aby Malik Nasution adalah alumni KPM yang tengah menempuh pendidikan S2 di Tokyo Institute of Technology, Jepang. Sebelumnya ia juga menempuh S1 di universitas yang sama, dan akan melanjutkan pendidikan S3 di universitas tersebut. Hingga kini, Ghiffari menempuh pendidikannya di Jepang dengan beasiswa penuh.

Prestasi Ghiffari memang tidak perlu diragukan lagi. Semasa menjadi murid KPM, Ghiffari sudah berkali-kali berkecimpung di kompetisi tingkat nasional dan internasional. Beberapa kompetisi yang ia ikuti di antaranya, Internasional Mathematics Competition (IMCS) di Singapura, International Mathematics Competition di Thailand, Indonesia Internasional Mathematics Competition (IIMC) di Bali, WIZMIC di India, AITMO di Nepal, CSMO di China, dan IMCS di Singapura.

Dalam seminar ini, Ghiffari berbagi ilmu yang ia dapatkan dari pengalaman pribadi. Ilmu tersebut ia jelaskan dalam beberapa poin. Terdapat tiga poin penting mengenai mental yang harus dimiliki pemuda Indonesia, yaitu sabar dan ikhlas, adaptif, dan menghormati guru. Ia menjelaskan bahwa pemuda harus sabar menghadapi situasi apa pun, ikhlas dalam beribadah. Kemudian adaptif, yaitu beradaptasi tanpa mengubah nilai-nilai dasar diri. Selanjutnya menghormati guru, yaitu bersikap sopan dan hormat terhadap guru.

“Pernah sekali saya hampir mendapatkan medali emas di olimpiade internasional, sayangnya saya kurang 1 poin lagi untuk mendapatkannya. Saya merasakesal karena saya merasa sudah berusaha sangat keras. Namun, Pak Ridwan mengatakan kepada saya untuk melakukan sesuatu dengan niat karena Allah. Benar saja, apa pun yang saya lakukan dengan niat karena Allah, kini menjadi buah manis untuk saya. Saya dapat menempuh pendidikan di Tokyo dengan beasiswa,” ungkap Ghiffari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement