Jumat 22 Oct 2021 00:06 WIB

Ilmuwan Buat Pisau Tajam dari Kayu, Kok Bisa?

Pisau dari kayu bahkan bisa dipakai untuk memotong daging steak.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja memproduksi pisau dapur di setra industri pisau. ilustrasi
Foto: ANTARA/Destyan Sujarwoko
Pekerja memproduksi pisau dapur di setra industri pisau. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pisau paling tajam yang digunakan oleh manusia saat ini biasanya terbuat dari baja atau keramik. Keduanya ditempa dalam tungku di bawah suhu ekstrem. 

Namun, saat ini, para peneliti telah mengembangkan cara yang lebih berkelanjutan dalam membuat pisau tajam. Cara ini adalah dengan menggunakan kayu yang dikeraskan. 

Baca Juga

Metode yang dipresentasikan pada 20 Oktober lalu menunjukkan bahwa kayu dapat dibuat 23 kali keras. Pisau terbuat dari bahan tersebut hampir tiga kali lebih tajam dibandingkan pisau yang terbuat dări stainless steel atau baja. 

"Pisau ini dapat memotong steak yang matang dengan mudah, dengan kinerja yang mirip dengan pisau meja makan," ujar Teng Li, penulis senior studi dan ilmuwan material di University of Maryland, dilansir Phys, Kamis (21/10). 

Setelah itu, pisau kayu yang mengeras dapat dicuci dan digunakan kembali, menjadikannya alternatif yang menjanjikan selain pisau baja, keramik, dan plastik sekali pakai. Li bersama dengan tim peneliti menunjukkan bahwa bahan ini dapat digunakan untuk menghasilkan paku kayu yang dikembangkan tim tahan terhadap karat. 

Para peneliti menunjukkan bahwa paku kayu ini dapat digunakan untuk memukul tiga papan tanpa merusak paku. Selain pisau dan paku, Li berharap ke depannya bahan tersebut juga bisa digunakan untuk membuat lantai kayu yang lebih tahan gores. 

Meski metode menghasilkan kayu keras masih baru, namun sebenarnya pengolahan kayu secara umum telah ada selama berabad-abad. Namun, ketika kayu disiapkan untuk furnitur atau bahan bangunan, kayu hanya diproses dengan uap dan kompresi dan bahannya memantul setelah dibentuk. 

“Ketika Anda melihat bahan keras yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, Anda akan melihat banyak di antaranya adalah bahan buatan manusia karena bahan alami belum tentu memenuhi apa yang kita butuhkan," jelas Li.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement