Sabtu 16 Oct 2021 06:41 WIB

Vaksin Covid-19 Berbasis Tembakau Kelar Uji Klinis Fase 3

Penelitian kandidat vaksin Covid-19 berbasis tembakau sebagian didanai Kanada-Quebec.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Petani memetik daun tembakau. Mitsubishi Tanabe Pharma menargetkan untuk dapat mengajukan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 berbasis tanaman tembakau kepada Pemerintah Kanada pada akhir tahun ini.
Foto:

Tada mengatakan bahwa vaksin nabati dianggap relatif aman bagi manusia karena terbuat dari partikel mirip virus (virus-like particles) yang meniru virus target, tidak menggunakan virus hidup yang sebenarnya. Medicago menggunakan pengalamannya dengan partikel mirip virus influenza untuk menghasilkan kandidat vaksin serupa dengan SARS-CoV-2.

Pada Maret 2020, Medicago mengumumkan kesuksesannya memproduksi virus-like particle (VLPs) dari virus penyebab Covid-19 hanya 20 hari setelah mendapatkan gen SARS-CoV-2. Produksi VLPs merupakan langkah awal pengembangan vaksin Covid-19 sebelum uji praklinis keamanan dan efikasinya.

photo
Perkembangan uji coba vaksin Covid-19 di Indonesia. - (Republika)

Medicago kini sedang menganalisis data uji klinis Fase 3 vaksin Covid-19 yang melibatkan 24.000 subjek di Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Argentina, dan Meksiko. Menurut hasil tes, tidak ada efek samping serius yang terkait dengan kandidat vaksin berbasis nabati dilaporkan.

Namun, perusahaan pendatang baru seperti Medicago mungkin lebih sulit untuk meyakinkan masyarakat umum. Tada juga mengakui bahwa Medicago yang bermitra dengan GlaxoSmithKline yang berbasis di Inggris untuk memperoleh adjuvant vaksin masih memiliki banyak pekerjaan untuk menstabilkan proses pembuatan vaksin Covid-19.

Medicago berencana untuk memproduksi vaksin di pabriknya sendiri di North Carolina, Amerika Serikat. Ketika pabrik baru di Quebec City, Kanada, mulai beroperasi pada 2024, perusahaan berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi tahunannya menjadi satu miliar kali.

Sejauh ini, Mitsubishi Tanabe menjadi perusahaan farmasi Jepang yang tertinggal dalam pengembangan vaksin Covid-19 buatan sendiri karena kekurangan dana pemerintah dan hambatan regulasi untuk pengembangan serta pengujian. Kesulitan-kesulitan ini diperburuk oleh kerumitan melakukan uji klinis skala besar dengan lebih sedikit kasus virus corona jenis baru di Jepang dibandingkan dengan negara-negara Barat.

"Pemerintah Jepang menyadari tantangan yang dihadapi perusahaan asal negaranya, tetapi Medicago sudah melakukan pengujian global, jadi kami pikir akan praktis untuk menerapkan data ini ke pengembangan vaksin Covid-19 di Jepang," jelas Tada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement