REPUBLIKA.CO.ID, MONTANA -- Selama lebih dari satu dekade, tim peneliti dan mahasiswa Universitas Montana mempelajari dinamika Lapisan Es Greenland (Greenland Ice Sheet) saat merespon iklim yang memanas. Peneliti Departemen Geosains University of Montana (UM) Toby Meierbachtol dan Joel Harper mengatakan pusat penelitian mereka berfokus pada air.
Meierbachtol mengatakan air dari pencairan es dapat mengalir dari permukaan ke laut dan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut. Air dapat bertindak sebagai semacam pelumas untuk membuat es meluncur dengan cepat di atas alasnya.
Dilansir dari Phys, dalam artikel terbaru mereka di Nature Geoscience, Meierbachtol, Harper dan tim peneliti menemukan bahwa perubahan lapisan es memiliki dampak langsung pada air tanah yang mendasari pulau Greenland. Pulau Greenland adalah area yang lebih besar dari negara bagian Alaska.
“Kami telah fokus pada dampak air pada perubahan lapisan es,” kata Harper.
“Temuan terbaru kami menunjukkan bahwa perubahan lapisan es memiliki dampak nyata pada hidrologi Arktik -khususnya sistem air tanah masif yang membentang di bawah lapisan es,” ujarnya lagi.
Pengungkapan terbaru ini terjadi berkat pencampuran teknik pengeboran. Kolaborator internasional mengebor lubang miring 650 meter melalui batuan dasar di bawah gletser Greenland untuk mengukur kondisi air tanah jauh di bawah lapisan es.
Sementara itu, peneliti UM dan University of Wyoming mengebor 32 lubang dari atas gletser, melalui hampir satu kilometer es, untuk mengukur kondisi air di antarmuka antara es dan batuan dasar, yang membentuk batas penting yang mengendalikan aliran air tanah di bawah.