Rabu 29 Sep 2021 12:39 WIB

Polusi Udara Berkontribusi pada Kelahiran Prematur Bayi

Polusi udara dikaitkan dengan 6 juta kelahiran bayi prematur.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Bayi prematur
Foto:

 

Sebanyak dua pertiga dari efek merugikan pada kelahiran terkait dengan polusi udara dalam ruangan. Sebagian besar polusi berasal dari pembakaran batu bara, kotoran, dan kayu di dalam rumah di negara berkembang. 

Sepertiga sisanya terkait dengan pencemaran lingkungan luar ruang yang disebabkan oleh proses pembakaran dari kendaraan bermotor, pembakaran bahan bakar fosil, dan industri.

Para peneliti di balik laporan baru ini juga terlibat dengan laporan State of Global Air. Pada tahun 2020, laporan tahunan mencermati bagaimana polusi udara memengaruhi kehamilan dan persalinan. Laporan menyimpulkan bahwa polusi udara berkontribusi pada kematian 476 ribu bayi pada tahun 2019.

Para ilmuwan belum secara pasti menjelaskan mengapa polusi udara tampaknya terkait erat dengan kelahiran prematur. Secara garis besar, diketahui bahwa polusi udara dapat mengakibatkan bahan kimia beracun dalam darah dan menekan sistem kekebalan tubuh, yang dapat melemahkan plasenta yang mengelilingi janin dan menyebabkan kelahiran prematur. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa partikel jelaga dapat memasuki bagian janin plasenta, yang kemungkinan menyebabkan respons inflamasi dan mungkin juga bereaksi dengan DNA. Apa pun penyebabnya, para peneliti berpendapat bahwa solusinya sangat jelas. 

"Beban yang disebabkan oleh polusi udara sangat besar, namun dengan upaya yang memadai, sebagian besar dapat dikurangi," ujar Dr Rakesh Ghosh, penulis studi utama dan spesialis kesehatan masyarakat di Institute for Global Health Sciences di UCSF.

 

Menurut Dr Ghosh, dengan bukti baru global dan lebih ketat ini, polusi udara sekarang harus dianggap sebagai pendorong utama morbiditas dan mortalitas bayi, bukan hanya penyakit kronis orang dewasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement