REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan NASA telah menemukan bukti bahwa ribuan gunung berapi purba besar di Mars sedang meletus. Apa yang disebut ‘letusan super’ itu terjadi di wilayah Mars utara yang disebut Arabia Terra selama periode 500 juta tahun sejak sekitar 4 miliar tahun.
Para peneliti yang mempelajari topografi dan komposisi mineral di wilayah tersebut membuat penemuan ini, dan berita ini diterbitkan dalam sebuah makalah di jurnal Geophysical Research Letters pada Juli 2021.
"Setiap letusan ini akan memiliki dampak iklim yang signifikan (mungkin gas yang dilepaskan membuat atmosfer lebih tebal atau menghalangi matahari dan membuat atmosfer lebih dingin)," kata ahli geologi di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, Patrick Whelley, yang memimpin analisis Arabia Terra itu.
"Pemodel iklim Mars akan memiliki beberapa pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencoba memahami dampak gunung berapi," katanya lagi. Tujuh kaldera (lubang raksasa yang dibuat di lokasi letusan gunung berapi) adalah ‘hadiah pertama’.
Kaldera awalnya diyakini sebagai depresi dari dampak asteroid, tetapi para ilmuwan memperhatikan pada 2013 bahwa mereka memiliki tanda-tanda keruntuhan dan tidak bulat sempurna.
"Kami membaca makalah itu dan tertarik untuk menindaklanjuti, tetapi daripada mencari gunung berapi sendiri, kami mencari abunya karena mereka tidak dapat menyembunyikan bukti itu," kata Whelley.
Bekerja dengan ahli vulkanologi Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins, Alexandra Matiella Novak, bersama tim memeriksa mineral permukaan dan mengambil dari pekerjaan sebelumnya. Mereka telah menghitung abu yang akan jatuh dari kemungkinan letusan super.
Menggunakan gambar dari Compact Reconnaissance Imaging Spectrometer Mars Reconnaissance Orbiter, mereka mempelajari dinding ngarai dan kawah dari ratusan hingga ribuan mil jauhnya dari kaldera, mengidentifikasi mineral vulkanik yang berubah menjadi tanah liat oleh air.
Mereka membuat peta topografi tiga dimensi Arabia Terra, dan membandingkan data mineral dengan peta untuk melihat bahwa lapisan abu terawetkan dengan baik.
NASA akan menggunakan perhitungan berapa banyak material yang akan meledak dari gunung berapi, berdasarkan volume masing-masing kaldera untuk menentukan jumlah letusan.
Pertanyaan tentang bagaimana sebuah planet dapat memiliki hanya satu jenis gunung berapi di satu wilayah, itu tetap ada.
"Ada kemungkinan bahwa gunung berapi super-erupsi terkonsentrasi di wilayah di Bumi tetapi telah terkikis secara fisik dan kimia, atau bergerak di seluruh dunia saat benua bergeser karena lempeng tektonik," kata rilis NASA.
"Jenis gunung berapi eksplosif ini juga bisa ada di wilayah bulan Jupiter atau bisa berkerumun di Venus," katanya lagi.