Kondisi jantung biasanya sembuh sendirinya dengan konsekuensi jangka pendek yang ringan, menurut para ahli kesehatan. Sementara itu, Pemerintah Hong Kong telah menyarankan agar anak-anak hanya mendapatkan satu suntikan dengan kekhawatiran yang sama tentang peradangan jantung.
Penelitian, yang disebut Com-COV3, akan menguji jadwal vaksin yang berbeda pada anak berusia 12 hingga 16 tahun guna melihat respons imun dan efek samping yang lebih ringan. Snape menyebut, uji coba akan memberikan JCVI informasi penting untuk menginformasikan saran mereka tentang imunisasi remaja di Inggris.
Peserta uji coba akan diberikan vaksin Pfizer-BioNTech untuk dosis pertamanya. Delapan pekan kemudian, mereka akan mendapatkan suntikan kedua dalam dosis penuh atau setengah dosis vaksin Pfizer, dosis penuh vaksin Novavax, atau setengah dosis suntikan Moderna.
Percobaan ini merekrut 360 sukarelawan. Hanya saja, jumlah itu tidak cukup besar untuk secara langsung menilai risiko miokarditis dari kombinasi vaksin yang berbeda.
"Akan lebih menentramkan ketika kita bisa melihat apakah ada respons inflamasi yang lebih rendah setelah pemberian salah satu dari kombinasi jenis vaksin tersebut dibandingkan dengan menyuntikkan vaksin Pfizer (diikuti oleh) Pfizer juga untuk dosis kedua," kata Snape.
Menurut Snape, sepertinya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa risiko miokarditis mungkin akan lebih rendah dalam kombinasi vaksin seperti itu. Sementara itu, ia juga sedang melakukan percobaan lain pada orang dewasa dengan memberikan kombinasi vaksin dengan jadwal empat dan 12 pekan untuk membandingkan respons tubuh.
"Hasil uji cobanya akan keluar dalam waktu tidak terlalu lama lagi," ujar Snape.