Rabu 15 Sep 2021 18:23 WIB

Studi: Vaping Ada Kaitannya dengan Gangguan Makan Mahasiswa

Mahasiswa AS yang konsumsi vape melaporkan adanya gangguan makan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Cairan rokok elektronik (vape). Sebagian mahasiswa di Amerika Serikat yang doyan vaping mengaku mengalami gangguan makan.
Foto:

Penulis studi menyimpulkan pentingnya kebijakan pemerintah untuk tetap memberlakukan kebijakan yang mengatur vape atau rokok elektronik guna melindungi kesehatan kaum muda. Studi ini memiliki keterbatasan, di antaranya ialah ketergantungan pada data yang dilaporkan secara mandiri oleh responden.

Penulis mendorong studi lebih komprehensif menggunakan langkah-langkah yang divalidasi. Hasil studi ini dirilis beberapa waktu sebelum keputusan tertunda dari Food and Drug Administration (FDA) tentang perizinan merek vape Juul untuk tetap berada di pasaran.

FDA menolak aplikasi untuk hampir 950.000 rokok elektronik dan produk terkait, terutama karena daya tarik potensial mereka untuk remaja di bawah umur. Beberapa produk ada yang tetap dijual, sementara banyak pula yang masih dalam bentuk usulan produsen.

Untuk perizinan keberadaan Juul, merek paling populer dengan banyak penggemar berusia dewasa dan remaja, masih dalam kajian. Keputusan yang tertunda itu mendapat kritik keras dari American Academy of Pediatrics (AAP).

"Ini adalah keputusan gegabah yang akan memungkinkan produk yang terbukti membuat ketagihan dan membahayakan kaum muda untuk terus dijual," kata Dr. Lee Savio Beers, presiden AAP, dalam sebuah pernyataan.

Juru bicara Juul menghormati peran sentral FDA dan tinjauan ilmiah yang berbasis bukti untuk mengkaji perizinan. Hal itu juga dianggap sebagai upaya untuk mendorong pengurangan dampak buruk vaping dan mendapatkan lisensi untuk Juul tetap beroperasi.

"Kami tetap berkomitmen untuk mengalihkan perokok dewasa dari rokok yang disulut sambil memerangi penggunaan di bawah umur," kata juru bicara Juul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement