Penelitian ini dimulai dengan pertanyaan setengah bercanda di acara bincang-bincang radio Selandia Baru tentang masalah yang sangat nyata dari limbah ternak.
Tapi, gurauan tersebut, menurut Matthews, sesungguhnya adalah masalah yang serius karena urin sapi merupakan limbah besar bagi masalah lingkungan. Urin mengandung nitrogen dan ketika bercampur dengan feses menjadi amonia.
Matthews menyatakan gabungan itu merupakan masalah lingkungan dengan hujan asam dan masalah lainnya. Kondisi tersebut dapat mencemari air dengan nitrat dan menciptakan polutan nitro oksida di udara.
Terlebih lagi sapi sering buang air kecil. Matthews menjelaskan, seekor sapi saja dapat menghasilkan sekitar 30 liter urin sehari. Pada 2019, menurut Badan Perlindungan Lingkungan, nitrous oxide atau N2O terdiri dari tujuh persen dari seluruh gas rumah kaca di Amerika Serikat.
"Saya tidak terkejut mereka dapat melatih anak sapi untuk buang air kecil di lokasi yang ditentukan, tetapi saya terkejut tidak ada yang menunjukkan ini sebelumnya," kata ilmuwan kognisi hewan Duke University Brian Hare, yang bukan bagian dari penelitian.
"Pertanyaan kritisnya adalah dapatkah dan akankah skalanya dilakukan?" ujar Hare menekankan.
Profesor kesejahteraan hewan di University of Cambridge di Inggris, Donald Broom menyatakan, jika itu bisa dilakukan, pelatihan toilet hewan memudahkan pengelolaan produk limbah dan mengurangi emisi gas rumah kaca.