REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Butuh waktu 15 miliar tahun untuk jam yang menempati laboratorium bawah tanah Jun Ye di Universitas Colorado kehilangan satu detik tentang berapa lama alam semesta telah ada. Penemuan ini ditangani oleh ilmuwan Cina-Amerika bersama dengan Hidetoshi Katori dari Jepang.
Mereka berdua akan membagi tiga juta dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 42,7 miliar sebagai pemenang bersama dari 2022 Breakthrough Prize dalam Fisika Dasar untuk penemuan ini. Bekerja secara independen, keduanya mengembangkan teknik menggunakan laser untuk menjebak dan mendinginkan atom, kemudian memanfaatkan getarannya untuk menggerakkan apa yang dikenal sebagai “jam kisi optik”, alat penunjuk waktu paling presisi yang pernah dibuat.
Sebagai perbandingan, jam atom saat ini kehilangan satu detik sekali setiap 100 juta tahun. Tapi apa yang diperoleh dengan akurasi yang lebih besar?
“Ini benar-benar instrumen untuk memungkinkan Anda menyelidiki struktur dasar ruang-waktu di alam semesta,” kata Ye kepada AFP, dilansir dari Japan Today, Ahad (12/9).
Di lab Ye, para peneliti telah menunjukkan waktu bergerak lebih lambat ketika jam dipindahkan lebih dekat ke tanah dalam hitungan sentimeter, sejalan dengan prediksi relativitas Einstein. Diterapkan pada teknologi saat ini, jam ini dapat meningkatkan akurasi navigasi GPS hingga seribu kali lipat atau membantu mendaratkan pesawat luar angkasa tak berawak dengan mulus di Mars.