Peptida ular tersebut bisa menghambat reproduksi virus dalam sel monyet tanpa melukai sel lain. Terkenal sejak lama dengan kualitas antibakterinya, peptida dapat disintesis di laboratorium sehingga penangkapan atau pemeliharaan ular tidak perlu dilakukan.
"Kami mengetahui ada orang-orang yang pergi berburu jararacussu di sekitar Brasil. Mereka mengira akan menyelamatkan dunia. Bukan itu! Bukan racun itu sendiri yang akan menyembuhkan infeksi virus corona," ujar ahli herpetologi yang mengurus koleksi Butantan Institute di Sao Paulo, Giuseppe Puorto.
Menurut pernyataan yang diberikan State University of Sao Paulo, untuk selanjutnya, para peneliti akan mengevaluasi efisiensi dosis molekul yang berbeda dan meneliti apakah molekul mampu mencegah virus memasuki sel sejak awal infeksi. Mereka berharap untuk menguji substansi dalam sel manusia dan tidak memberikan batas waktu terkait hasilnya.
Jararacussu adalah salah satu ular terbesar di Brasil yang berukuran panjang hingga dua meter. Ular berbisa ini hidup di pesisir Hutan Atlantik dan juga ditemukan di Bolivia, Paraguay, serta Argentina.