Senin 30 Aug 2021 13:41 WIB

Krisis Iklim, Apakah Energi Air Masih Menjanjikan?

Produksi energi air di dunia anjlok ke level terendah sejak beberapa dekade terakhir.

Bendungan (ilustrasi)
Foto:

Peringatan terhadap keamanan energi air

Saat ini energi air masih menjadi bagian dari strategi jangka panjang produksi listrik di berbagai negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika.

Badan Energi Dunia (IEA) melaporkan, kebanyakan cetak biru pembangunan bendungan hidroelektrik di Afrika tidak menghitung dampak perubahan iklim. Asumsi yang sama berlaku bagi hampir semua bendungan yang telah memasuki usia tua. 

Sebab itu Thilo Papacek dari LSM Jerman, Gegenströmung, mengimbau agar negara berkembang lebih berhati-hati menyikapi energi air. Selain potensi bencana, bendungan juga mengubah ekosistem sungai secara permanen. 

"Tanpa kiriman sedimen dari hulu ke hilir, dasar sungai di balik bendungan akan semakin dalam, dan menyempit. Dalam kasus hujan deras, hal ini bisa menciptakan akumulasi energi dalam jumlah besar,” kata dia soal ancaman banjir bandang.

Namun demikian, Klement Tockner, direktur lembaga penelitian Masyarakat Penelitian Alam di Frankfurt, Jerman, mengakui "kita tidak bisa menghentikan produksi energi air di masa depan,” katanya.

"Tapi pertanyaannya adalah, di mana kita membangun, bagaimana kita ingin membangun dan bagaimana kita mengelola pembangkit listrik tenaga air di masa depan?” 

Pembangkit alami gantikan bendungan raksasa

Menurut Tockner, pembangkit listrik tidak seharusnya dibangun di kawasan lindung, atau di atas sungai dengan aliran yang masih alami. Selain itu, proyek bendungan harus diimbangi dengan renaturalisasi atau pembongkaran bendungan tua. 

Dia juga menganjurkan agar desain bendungan baru mempertahankan arus aliran air sebaik mungkin. Selain itu manajemen pembangkit listrik harus dibuat untuk meniru dinamika alami sungai.

"Artinya, kecepatan arus air tidak boleh dipengaruhi terlalu banyak, dan sungai harus punya volume air dan lahan basah yang mencukupi,” imbuh Stefan Uhlenbrook, ahli hidrologi di Institut Manajemen Air Internasional (IWMI). 

"Jika perlu, sedimen harus dipindahkan sesuai aliran alami secara mekanis,” ucap dia.

Menurut Uhlenbrook, bendungan-bendungan besar akan semakin tidak kondunsif di tengah krisis iklim. Secara umum, pembangkit listrik tenaga air akan dibuat lebih kecil, dengan sistem pengairan yang terdesentralisasi.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/apakah-energi-air-punya-masa-depan/a-59003668

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement