Ahad 29 Aug 2021 06:40 WIB

Studi Ungkap Vaksin yang Paling Kurang Manjur Cegah Opname

Studi di Bahrain membandingkan kemanjuran vaksin Covid-19 dalam cegah opname.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Covid-19. Peneliti di Bahrain mengungkap kemanjuran empat jenis vaksin yang digunakan negaranya. Hasil studinya masih menunggu tinjauan sejawat.
Foto:

Di sisi lain, peneliti menyebut, keempat vaksin yang tersedia di Bahrain menurunkan risiko infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2), rawat inap, penerimaan ICU, dan kematian jika dibandingkan dengan individu yang tidak divaksinasi. Negara pulau di Teluk Persia itu telah menggulirkan program vaksinasi massal sejak Desember 2020.

Studi menunjukkan bahwa 0,46 penerima vaksin Sinopharm mengalami kematian di antara semua kasus infeksi terobosan vaksin (breakthrough infection). Sementara itu, persentasenya 0,15 persen untuk penerima vaksin Pfizer-BioNTech dan 0,03 persen untuk masyarakat yang mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca.

Tren itu konsisten untuk infeksi dan rawat inap, bahkan dengan munculnya varian delta. Kemanjuran vaksin Sputnik V disebut termasuk sedang. Sementara itu, angka kematian tercatat 1,32 persen untuk orang yang belum disuntik vaksin Covid-19.

Bahrain pada bulan Mei mulai memberikan dosis penguat kepada penerima vaksin Sinopharm--yang termasuk kalangan rentan-- dengan menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech. Kini, penerima vaksin lainnya juga ditawarkan suntikan booster.

"Ada perbedaan yang signifikan antara rawat inap, masuk ICU, dan kematian yang mendukung kemanjuran Pfizer dibandingkan dengan Sinopharm, terutama pada populasi yang lebih tua dan dalam konteks munculnya varian delta," kata rekan penulis Dr. Jaleela Al-Sayed Jawad, dikutip dari laman Wall Street Journal.

Sebanyak 25 juta warga Inggris telah menerima vaksin AstraZeneca. Sementara itu, 21 juta orang lainnya mendapatkan vaksin Pfizer.

"Hasil studi ini akan membuat orang-orang di Inggris yakin bahwa mereka mendapatkan vaksin terbaik yang tersedia. AstraZeneca dan Pfizer memberikan perlindungan yang baik," kata Profesor Mikrobiologi Seluler di University of Reading Simon Clarke, dikutip dari laman The Sun, Sabtu (28/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement