REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Bahrain membandingkan kemanjuran empat vaksin yang digunakan di negara kerajaan tersebut. Bekerja sama dengan Columbia University di New York, Amerika Serikat, peneliti menemukan bahwa vaksin yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca merupakan yang terbaik dan efektif untuk menghindari orang dari risiko diopname akibat Covid-19.
Menurut peneliti, hanya 1,52 persen dari mereka yang diberi vaksin AstraZeneca yang sampai dirawat. Sementara itu, hanya satu dari 3.000 yang meninggal.
Sementara itu, pada penerima vaksin Covid-19 produksi Pfizer, angka yang sampai diopname 1,99 persen. Studi tersebut dimuat secara daring dan belum ditinjau sejawat.
Menurut peneliti, kinerja vaksin Covid-19 Sputnik V dari Rusia kurang mengesankan dalam pencegahan rawat inap di Bahrain. Sebanyak 2,24 persen penerimanya berakhir di bangsal perawatan atau unit perawatan intensif (ICU).
Bagaimana dengan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinopharm China? Menurut studi, kemanjuran vaksin Sinopharm paling rendah, terutama untuk orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebanyak 6,94 persen penerima vaksin Covid-19 Sinopharm dirawat inap. Sementara itu, 13,22 persen orang tidak divaksinasi membutuhkan perawatan di rumah sakit.