Jumat 20 Aug 2021 17:12 WIB

Apakah Varian Delta Buat Herd Immunity Jadi Mustahil?

Delta yang sangat mudah menular berpotensi menurunkan efektivitas vaksin Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Dwi Murdaningsih
Virus Covid-19 (ilustrasi)
Foto:

Cakupan vaksinasi yang luas dapat mendorong terjadinya kekebalan kelompok. Akan tetapi, kekebalan kelompok untuk tiap penyakit membutuhkan cakupan vaksinasi yang berbeda.

Sebagai contoh, kekebalan kelompok untuk penyakit campak akan tercipta bila cakupan vaksinasi mencapai 95 persen di dalam sebuah populasi. Sedangkan untuk menciptakan kekebalan kelompok terhadap polio, cakupan vaksinasi yang dibutuhkan adalah sekitar 80 persen. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), belum diketahui seberapa besar cakupan vaksinasi yang dibutuhkan untuk menciptakan kekebalan kelompok terhadap Covid-19.

Prof Pamela Vallely dari divisi infesksi, imunitas, dan kedokteran paru di University of Manchester setuju dengan pendapat Prof Pollard bahwa kekebalan kelompok saat ini tidaklah memungkinkan. Prof Vallely mengatakan vaksin saat ini tidak menghentikan transmisi dari varian Delta.

"(Dan varian-varian lain) kemungkinan akan muncul selama kita masih memiliki banyak replikasi virus yang terjadi di seluruh dunia," ungkap Prof Vallely.

Terlepas dari itu, para ahli menilai situasi saat ini masih memiliki harapan. Meski mengalami sedikit penurunan akibat varian Delta, efektivitas yang dimiliki vaksin-vaksin Covid-19 masih cukup tinggi untuk memberikan tingkat perlindungan yang baik dari risiko sakit Covid-19 bergejala atau dengan tingkat keparahan berat.

Hal ini sejalan dengan laporan REACT 1 yang menunjukkan bahwa mayoritas pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit adalah individu-individu yang tidak divaksinasi. Selain itu, sebagian besar pasien Covid-19 yang sudah divaksinasi tidak mengalami konsekuensi yang berat.

"Meskipun (SARS-CoV-2) tampak masih bisa menginfeksi dan mereplikasi diri pada sebagian orang yang sudah divaksinasi, sebagian besar dari mereka tidak menjadi sakit, atau hanya sakit ringan," pungkas Prof Vallely.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement