Kamis 08 Jul 2021 08:39 WIB

Pelanggan 5G Diperkirakan Tembus 580 Juta di Tahun Ini

Indonesia memiliki keinginan kuat untuk bergerak ke arah 5G.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
jaringan 5G. ilustrasi
Foto: BBC
jaringan 5G. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri teknologi kini terus bergerak dengan hadirnya konektivitas gene rasi kelima (5G). Ericsson memperkirakan, jumlah pelanggan seluler 5G akan melebihi 580 juta pada akhir 2021.

Hal ini, didorong oleh sekitar 1 juta pelanggan seluler 5G baru setiap hari. Prediksi yang dimuat dalam Ericsson Mobility Report edisi ke-20 ini memperkirakan 5G akan menjadi generasi seluler yang diadopsi paling cepat.

Baca Juga

Pada akhir 2026, jumlah pelanggan 5G diperkirakan akan mencapai sekitar 3,5 miliar dan cakupan populasi 5G akan men capai 60 persen. Namun, kecepatan adopsi sangat bervariasi berdasarkan wilayah.

Eropa akan memulai lebih lambat dan terus tertinggal jauh di belakang pasar China, Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Jepang, dan Dewan Kerja Sama Teluk atau Gulf Cooperation Council (GCC) dalam hal kecepatan penerapan 5G. Jumlah pelanggan 5G juga diharapkan akan melampaui 1 miliar, dua tahun lebih cepat dibanding kan 4G.

Faktor utama di balik hal ini adalah komitmen awal China terkait 5G dan kenyataan bahwa peralatan 5G komersial tersedia lebih awal dan semakin terjangkau. Saat ini, lebih dari 300 model smartphone 5G telah di umumkan atau diluncurkan secara komersial.

Country Head Ericsson Indonesia, Jerry Soper, mengungkapkan, pandemi telah menyebabkan lonjakan permintaan untuk koneksi lebih cepat karena kini kita sangat bergantung pada internet dalam memenuhi kebutuhan pribadi dan bisnis dari jarak jauh.

"Saat ini, fixed dan mobile broadband berkualitas tinggi menjadi infrastruktur nasional yang penting," ujarnya.

Untuk mengatasi pertumbuhan data yang cepat dan mengurangi biaya per GB, Soper melanjutkan, diperlukan teknologi yang lebih baik dan transisi ke teknologi 5G dengan mudah dan lancar. Teknologi 5G yang cepat, andal, dan responsif, menurut Soper, akan membuka peluang transformatif baru bagi Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement