Jumat 25 Jun 2021 17:18 WIB

Arkeolog Temukan Fosil Manusia Purba Jenis Baru

Arkeolog menemukan manusia purba pra Neanderthal Nesher Ramla Homo.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
 Arkeolog menemukan manusia purba pra Neanderthal Nesher Ramla Homo.
Foto: the conversation
Arkeolog menemukan manusia purba pra Neanderthal Nesher Ramla Homo.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Para peneliti yang bekerja di Israel telah mengidentifikasi jenis manusia purba yang sebelumnya tidak diketahui. Manusia purba ini hidup berdampingan dengan spesies kita lebih dari 100 ribu tahun yang lalu.

Mereka percaya bahwa kerangka yang ditemukan di dekat kota Ramla merupakan salah satu orang terakhir yang selamat dari kelompok manusia yang sangat kuno.

Baca Juga

Temuan tersebut terdiri dari sebagian tengkorak dan rahang dari seorang individu yang hidup antara 140 ribu dan 120 ribu tahun yang lalu. Detailnya telah dipublikasikan di jurnal Science.

Dilansir di BBC, Jumat (25/6), anggota tim berpikir individu tersebut diturunkan dari spesies sebelumnya yang mungkin telah menyebar dari wilayah tersebut ratusan ribu tahun yang lalu dan memunculkan Neanderthal di Eropa dan padanannya di Asia.

Para ilmuwan telah menamai garis keturunan yang baru ditemukan itu sebagai "tipe Nesher Ramla Homo".

Dr Hila May dari Universitas Tel Aviv mengatakan penemuan itu membentuk kembali kisah evolusi manusia, terutama tentang Neanderthal. Gambaran umum evolusi Neanderthal di masa lalu dikaitkan erat dengan Eropa.

"Semuanya dimulai di Israel. Kami menyarankan bahwa kelompok lokal adalah populasi sumbernya. Selama periode interglasial, gelombang manusia, orang-orang Nesher Ramla, bermigrasi dari Timur Tengah ke Eropa," ucap dia.

Awal mula Nesher Ramla Homo

Tim berpikir bahwa anggota awal kelompok Nesher Ramla Homo sudah ada di Timur Dekat sekitar 400 ribu tahun yang lalu. Peneliti telah memperhatikan kemiripan antara temuan baru dan kelompok "pra-Neanderthal" kuno di Eropa.

"Ini adalah pertama kalinya kami dapat menghubungkan titik-titik antara berbagai spesimen yang ditemukan di Levant" kata Dr Rachel Sarig, juga dari Universitas Tel Aviv.

Dr Sarig menjelaskan, ada beberapa fosil manusia dari gua Qesem, Zuttiyeh, dan Tabun yang berasal dari masa itu yang tidak dapat peneliti kaitkan dengan kelompok manusia tertentu yang diketahui. 

Namun, membandingkan bentuknya dengan spesimen yang baru ditemukan dari Nesher Ramla, membenarkan  inklusi mereka dalam kelompok manusia baru.

Sementara itu, Dr May menyarankan bahwa manusia ini adalah nenek moyang Neanderthal. Neanderthal Eropa sebenarnya mulai di Levant dan bermigrasi ke Eropa, sambil kawin silang dengan kelompok manusia lain.

Lainnya melakukan perjalanan ke timur ke India dan Cina, kata Prof Israel Hershkovitz, menunjukkan hubungan antara manusia purba Asia Timur dan Neanderthal di Eropa.

"Beberapa fosil yang ditemukan di Asia Timur menunjukkan ciri-ciri mirip Neanderthal seperti yang dilakukan Nesher Ramla," katanya.

Para peneliti mendasarkan klaim mereka pada kesamaan fitur antara fosil Israel dan yang ditemukan di Eropa dan Asia, meskipun pernyataan mereka kontroversial. Prof Chris Stringer, dari Museum Sejarah Alam di London, baru-baru ini menilai kerangka manusia China.

Menurut Prof. Stringer, Nesher Ramla penting untuk mengkonfirmasi lebih jauh bahwa spesies yang berbeda hidup berdampingan satu sama lain di wilayah tersebut pada saat itu dan sekarang kita memiliki cerita yang sama di Asia Barat.

"Namun, saya pikir itu lompatan yang terlalu jauh saat ini untuk menghubungkan beberapa fosil Israel yang lebih tua dengan Neanderthal. Saya juga bingung dengan saran adanya hubungan khusus antara bahan Nesher Ramla dan fosil di China." ujarnya.

Sisa-sisa Nesher Ramla ditemukan di tempat yang dulunya adalah lubang pembuangan, terletak di daerah yang sering dikunjungi manusia prasejarah. Ini mungkin merupakan daerah di mana mereka berburu sapi liar, kuda dan rusa, seperti yang ditunjukkan oleh ribuan peralatan batu dan tulang binatang buruan.

Menurut analisis Dr Yossi Zaidner di Hebrew University of Jerusalem, alat-alat ini dibuat dengan cara yang sama seperti manusia modern pada waktu itu juga membuat peralatan mereka.

"Mengejutkan bahwa manusia purba menggunakan alat yang biasanya terkait dengan Homo sapiens. Ini menunjukkan bahwa ada interaksi antara kedua kelompok," kata Dr Zaidner.

Dr Zaidner menilai bahwa belajar membuat alat hanya mungkin melalui pembelajaran visual atau lisan. Temuan mereka menunjukkan bahwa evolusi manusia jauh dari sederhana dan melibatkan banyak penyebaran, kontak, dan interaksi antara spesies manusia yang berbeda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement