Menurut Holhe, penggunaan sampel air liur dapat membantu meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk menjalani tes Covid-19 serta menekan risiko tenaga kesehatan terpapar SARS-CoV-2 saat pengambilan sampel. Temuan yang diterbitkan dalam Journal of Molecular Diagnostics ini berasal dari pengujian sampel dari rumah sakit dan panti jompo serta dari lokasi pengujian drive-through.
Kolhe mengamati, masalah mendasar yang terkait dengan lebih rendahnya sensitivitas air liur dalam pengujian RT-PCR kemungkinan terkait dengan konsistensi sampel air liur yang seperti gel. Itulah yang membuat sampelnya sulit untuk diambil secara akurat dengan pipet untuk diletakkan ke dalam pelat ekstraksi untuk ekstraksi asam nukleat.
Menambahkan langkah homogenisasi dapat membuat sampel air liur memiliki viskositas dan konsistensi yang seragam sehingga membuatnya lebih mudah untuk dipipet untuk pengujian hilir.
"Penggunaan metode pengumpulan non-invasif dan sampel yang mudah diakses seperti air liur akan meningkatkan kegiatan skrining dan pengawasan serta memotong kebutuhan akan swab steril, media transportasi yang mahal, risiko paparan, dan bahkan kebutuhan akan petugas kesehatan yang terampil untuk pengumpulan sampel," kata Kolhe, dikutip dari Times Now News, Selasa (15/6).