Sabtu 15 May 2021 00:37 WIB

Mengenal Berbagai Macam Kondisi Autisme

Gejala autisme tidak punya pola pakem.

Autimaze: Anak autis dan ibunya melintas di poster Autimaze dalam kampanye peduli anak autis yang bertema
Foto:

Gejala tipikal

Pengidap autisme sangat sulit memahami orang lain, memahami aturan atau menyentuh orang lain secara intuitif. Juga pengidap autisme sangat sulit menyesuaikan diri pada perubahan atau pada situasi yang tidak biasa.

Mengenali dan mengerti isyarat tubuh atau mimik wajah orang lain, bagi pengidap autisme seringkali tidak memungkinkan. Cara komunikasi non-verbal semacam ini, bagi pengidap autisme berat, ibaratnya bahasa asing yang tidak dimengerti.

Yang terpenting bagi mereka, adalah mengikuti ritual yang ajeg. Misalnya, pensil harus selalu diletakkan di tempat yang sama dengan sudut tertentu pada penghapus. Ritual ini tidak boleh diubah oleh siapa pun.

"Ada yang mengidap spektrum gangguan autisme dalam kategori berat. Penyebabnya seringkai gangguan perkembangan berat, yang memunculkan simptoma khas autisme," ujar prof. Ehrenreich.

"Autisme adalah gangguan sangat kompleks. Riset harus dilakukan secara lintas keilmuan. Pilar terpentingnya adalah psikiatri dan neurologi, disamping genetika dan neurobiologi. Dengan begitu dimungkinkan pengembangan terapi untuk bentuk autisme tertentu," kata pakar neurologi dari Göttingen itu.

Tidak ada obat penyembuh autisme

Sejauh ini tidak ada obat untuk pengidap autisme dengan gangguan berat. Tidak ada kandidat obat potensial yang bisa melakukan terobosan besar. Misalnya Oxytocin yang merupakan unsur pembawa pesan dari tubuh. Hormon ini bereaksi langsung di dalam otak lewat pembuluh darah.

"Para peneliti mengamati, hormon ini bisa memperbaiki interaksi sosial pada pengidap autisme, namun hanya dalam jangka waktu singkat. Tidak ada efek menetap. Akan tetapi, lewat pengalaman baru, pengidap autisme bisa dirangsang agar memulai psikoterapi perilaku," ujar pakar neurologi Ehrenreich.

Kini sudah ada bank data cukup lengkap mengenai autisme, yang pengumpulan datanya dimulai 2004 oleh Prof.Ehrenreich. "Ketika saya memulai bank data, banyak orang yang tidak menganggap saya cukup serius. Banyak yang berpendapat, dengan bantuan pemeriksaan genetika atau analisa darah, mereka bisa menemukan semua penyebab gangguan," paparnya.

Prof.Ehrenreich juga menegaskan, ciri khas autisme tidak selalu berati penyakit, melainkan bagian dari perilaku manusia normal. Barulah pada kasus ekstrem, itu disebut gangguan atau penyakit.

"Jika kita mengukur setiap orang di dunia terkait ciri khas autisme ini, akan terdata sangat banyak orang yang memilikinya," ujar ilmuwan Jerman itu. Pasalnya spektrum ciri khas autisme itu amat luas dan tidak selalu berarti hal itu adalah gangguan.

sumber: https://www.dw.com/id/orang-dengan-autisme-memang-beda/a-57497869

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement