Rabu 14 Apr 2021 07:24 WIB

Ini Kata Pengamat Soal Silicon Valley Indonesia

Bukit Algoritma disebut akan menjadi Silicon Valley Indonesia.

Rep: Puti Almas/ Red: Nora Azizah
Direktur Utama PT AMKA (Persero) Nikolas Agung (kanan) bersama Direktur Utama PT Bintang Raya Dani Handoko (tengah) menyimak penjelasan Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko (kiri) seusai penandatanganan kontrak pekerjaan pengembangan Bukit Algoritma pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan teknologi dan industri 4.0 Kabupaten Sukabumi di Jakarta.
Foto: ANTARA FOTO
Direktur Utama PT AMKA (Persero) Nikolas Agung (kanan) bersama Direktur Utama PT Bintang Raya Dani Handoko (tengah) menyimak penjelasan Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko (kiri) seusai penandatanganan kontrak pekerjaan pengembangan Bukit Algoritma pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan teknologi dan industri 4.0 Kabupaten Sukabumi di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukit Algoritma akan menjadi pusat riset teknologi pertama di Indonesia, yang digadang-gadang serupa dengan Silicon Valley di Amerika Serikat (AS). Salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)  ini rencananya dibangun di lahan seluas 888 hektare di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. 

PT Amarta Karya (AMKA) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi mitra infrastruktur Bukit Algoritma pada tahap pertama selama tiga tahun ke depan. Rencana pembangunan proyek pusat pengembangan teknologi dan industri 4.0 ini disebut bernilai total satu miliar Euro atau setara dengan Rp 18 triliun. 

Baca Juga

Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan pembangunan pusat riset dan inovasi seperti Silicon Valley pada dasarnya membutuhkan ekosistem yang kuat. Ia menyebut dalam hal ini, paling tidak kekuatan dimiliki terkait cluster industry high tech dan menjadikan universitas sebagai sumber riset. 

“Selain itu, ada investasi besar di pembangunan fasilitas laboratorium dan pusat penelitian, sehingga dukungan lintas sektor ini seluruhnya harus kuat sekali,” ujar Toto kepada republika.co.id, Selasa (13/4). 

Karena itu, Toto mengatakan Amarta harus memenuhi ekosistem yang kuat tersebut. Ia menilai bahwa selama ini belum ada rekam jejak dari perusahaan persero tersebut yang signfikan di bidang teknologi tinggi dan terkait untuk pembangunan pusat riset teknogi. 

“Jadi, Amarta harus bekerja keras menggandeng mitra strategis, seperti yang seharusnya ada di Silicon Valley,” jelas Toto. 

Silicon Valley merupakan wilayah selatan Teluk San Franciso, California yang menjadi rumah bagi banyak perusahaan teknologi. Area ini kemudian menjadi magnet penggerak dari banyak perusahaan besar asal Negeri Paman Sam, termasuk berbagai startup global  terkemuka. 

Banyak negara di dunia yang melihat kesuksesan Sillicon Valley, termasuk Indonesia yang pada akhirnya mencoba membangun pusat teknologi serupa. Diharapkan keberadaan Bukit Algoritma di Tanah Air dapat meningkatkan kualitas ekonomi 4.0, peningkatan pendidikan, dan pusat riset serta pengembangan, hingga sektor pariwisata. 

Sukabumi dipilih sebagai lokasi Bukit Algoritma karena dianggap memiliki letak yang strategis. Termasuk diantaranya dengan infrastruktur pendukung yang ada di sekitar wilayah seperti akses Tol Bocimi, Pelabuhan Laut Pengumpan Regional (PLPR) Wisata dan Perdangan Pelabuhan Ratu, Bandara Sukabumi Cikembar yang rencananya dibangun segera, hingga jalur kereta double track. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement