Selasa 13 Apr 2021 10:12 WIB

Peneliti Ungkap Temuan ‘Gletser Kiamat’

Ilmuwan menemukan air hangat mengalir di bawah gletser.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Gletser mencair (ilustrasi)
Foto: REUTERS
Gletser mencair (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Baru-baru ini para peneliti mempublikasikan studi temuan mereka tanteng perairan di bawah Gletser Thwaites alias "Gletser Kiamat’. Dalam penjelasannya, mereka menemukan bahwa lapisan es mencair lebih cepat dari yang mereka duga sebelumnya.

Menurut keterangan dari Universitas Gothenburg, para peneliti menggunakan kapal selam tanpa awak yang dikenal sebagai "Ran’, dan mulai menjelajahi bagian bawah gletser di Antartika Barat. Di sana, mereka menemukan bahwa air hangat yang mengalir di bawahnya mengikis gletser lebih cepat dari yang mereka perkirakan, dan mampu menciptakan retakan di es.

Baca Juga

“Kekhawatirannya adalah bahwa air ini bersentuhan langsung dengan bagian bawah lapisan es pada titik di mana lidah es dan dasar laut dangkal bertemu,” kata peneliti Alastair Graham, profesor oseanografi geologi di University of Southern Florida dikutip Futurism, Senin (12/4).

Menurut mereka, hal ini menimbulkan masalah besar. Terlebih, jika lapisan es runtuh, maka kita semua bisa melihat kenaikan besar-besaran permukaan laut global. Dengan alasan itu pula para peneliti menyebutnya sebagai Gletser Hari Kiamat.

Dalam temuan kapal selam Ran, air di bawahnya bisa naik ke suhu 33,89 derajat Fahrenheit, suhu yang cukup hangat untuk merusak es.

Dijelaskan jika air hangat di dalamnya mengalir dengan jarak yang panjang. Menurut Gizmodo, Gletser Thwaites berukuran sekitar 119.300 mil persegi, meskipun ukurannya sangat besar, es mencair lebih cepat daripada gletser lain di Antartika.

“Ini adalah benteng terakhir untuk Thwaites dan setelah itu terlepas dari dasar laut di bagian paling depan, tidak ada yang lain untuk dipegang oleh lapisan es. Air hangat itu juga kemungkinan bercampur di dalam dan di sekitar garis landasan, jauh ke dalam rongga, dan itu berarti gletser juga diserang di kakinya yang bertumpu pada batu padat, " lanjut Graham.

Penemuan itu, menjadi pil pahit bagi para aktivis lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Kendati demikian, upaya dari para peneliti itu menjadi sisi terang untuk mempelajari bagian gletser lainnya yang belum pernah dijelajahi. Para peneliti telah menerbitkan studi tentang temuan mereka di Science Advances.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement