REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bumi ada hujan. Apakah di planet selain bumi juga ada hujan?
Planet selain Bumi, juga beberapa satelit alam di semesta ini ternyata juga mengalami hujan. Namun, para ilmuwan terkejut mengetahui bahwa tetesan hujan di sana sangat mirip dengan fenomena yang terjadi di Bumi. Di seluruh tata surya, ada beberapa planet dan dunia yang berbeda di mana hujan ditemukan.
Bumi adalah yang paling jelas mengalami hujan. Di Venus, ada hujan asam sulfat dan presipitasi terdiri dari helium, serta berlian juga ada di Jupiter dan Saturnus. Selain itu, terdapat hujan metana cair di Bulan Saturnus, Titan.
Mars menjadi planet di mana cap air membentuk kristal es yang tinggi di atmosfer, namun terlalu dingin dan kering untuk melihat tetesan di hujan. Di masa lalu, Planet Merah ini diketahui lebih hangat dan basah, di mana ada kemungkinan terjadi hujan seperti di Bumi.
Dalam sebuah studi terbaru, dua ilmuwan dari universitas Harvard, Kaitlyn Loftus dan Robin Wordsworth meneliti bagaimana tetesan hujan akan berperilaku di planet lain, dibandingkan dengan bagaimana fenomena ini terjadi di Bumi. Apa yang ditemukan kemudian mengejutkan.
Terlepas dari betapa berbedanya sebuah planet dari Bumi atau dari bahan apa hujan itu dibuat, ukuran maksimum tetesan hujan tidak jauh berbeda dari tetesan hujan yang terjadi di Bumi.
“Ada kisaran yang cukup kecil dari ukuran stabil yang dapat dimiliki tetesan hujan dengan komposisi berbeda ini. Seluruhnya pada dasarnya terbatas pada ukuran maksimum yang sama,” ujar Loftus selaku penulis utama studi, dilansir The Weather Network, Jumat (8/4).
Faktor pembatas seberapa besar tetesan hujan tampaknya adalah tarikan gravitasi planet atau bulan. Secara khusus, semakin kuat gravitasinya, maka semakin kecil tetesan hujan.
Dalam infografis dari American Geophysical Union (AGU), tetesan hujan mungkin tampak memiliki berbagai ukuran. Namun, dengan berbagai massa relatif dan tarikan gravitasi, perbedaan dalam ukuran tetesan maksimum tidak selebar yang diperkirakan.
Satu kesamaan yang paling konsisten adalah bentuk tetesan hujan. Menurut studi, ‘air mata’ adalah bentuk tetesan paling klasik yang digunakan untuk mewakili tetesan hujan, namun tetesan ini sebenarnya awalnya berbentuk bola dan kemudian mendatar saat jatuh di udara. Karena itu, hasil akhirnya adalah tetesan hujan yang rata di bagian bawah dan membulat di bagian atas.