Kamis 18 Mar 2021 15:32 WIB

Alfabet Yunani tak Lagi Digunakan Namai Badai Tropis

Nama alfabet Yunani bisa menimbulkan kebingungan dalam komunikasi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Badai Laura, salah satu dari 10 badai terkuat yang melanda AS, melanda Louisiana barat daya pada Agustus 2020.
Foto: nasa
Badai Laura, salah satu dari 10 badai terkuat yang melanda AS, melanda Louisiana barat daya pada Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Musim badai Atlantik 2020 berakhir dengan total 30 nama badai atau yang terbanyak sepanjang sejarah. Namun, tiga dari nama badai itu tidak akan pernah digunakan lagi. Hal lain yang tidak akan pernah digunakan lagi ialah Alfabet Yunani sebagai daftar cadangan ketika semua nama pada daftar penamaan badai tahunan digunakan.

"Alfabet Yunani tidak akan digunakan di masa depan karena itu menciptakan gangguan dari komunikasi peringatan bahaya dan badai dan berpotensi membingungkan," tulis keterangan resmi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dilansir dari CNN pada Kamis (18/3).

Baca Juga

Komite Badai WMO mengadakan pertemuan tahunannya pada pekan ini untuk membahas musim badai yang lalu. Mereka memperbarui rencana operasionalnya untuk musim yang akan datang.

Pada pertemuan itu, panitia memutuskan untuk menghentikan nama Laura dan menggantinya dengan Leah. Panitia juga menghentikan satu nama dari musim badai Atlantik 2019 karena tidak dapat bertemu tahun lalu karena pandemi virus corona.

Nama badai Dorian akan pensiun dari musim 2019 dan diganti dengan Dexter dalam daftar pada 2025. Huruf Yunani Eta dan Iota dari musim 2020 juga akan dihentikan. Sebelum tahun ini, WMO menjelaskan bahwa mereka tidak akan pernah menghentikan nama Yunani.

Namun WMO menyadari masalah tidak ada rencana formal untuk menghentikan nama Yunani. Apalagi komite menyadari penggunaan nama Eta dan Iota di masa mendatang akan tidak tepat.

Badai Eta dan Iota adalah dua dari tiga sistem tropis paling mematikan tahun lalu. Lalu ada alasan lain mengapa nama Yunani ini dihentikan.

"Mungkin ada terlalu banyak fokus pada penggunaan nama alfabet Yunani dan bukan dampak sebenarnya dari badai," tulis WMO dalam siaran pers.

WMO memandang kondisi ini bisa sangat mengurangi dampak yang dibutuhkan sekaligus pesan keselamatan. WMO mendapati ada kebingungan dengan beberapa nama alfabet Yunani ketika diterjemahkan ke dalam bahasa lain yang digunakan di dalam Wilayah.

"Pengucapan dari beberapa huruf Yunani (Zeta, Eta, Theta) serupa dan terjadi secara berurutan. Pada tahun 2020, hal ini mengakibatkan badai dengan nama yang terdengar sangat mirip muncul secara bersamaan, yang menyebabkan tantangan pengiriman pesan," lanjut keterangan WMO.

WMO menekankan ini bukan kali pertama topik khusus ini diangkat. Pada tahun 2005, Badai Beta menjadi badai Kategori 3 yang mematikan, menyebabkan sembilan kematian dan kerusakan lebih dari 15,5 juta dolar di empat negara. Rencananya, alfabet Yunani akan diganti dengan daftar nama tambahan yang menggunakan aturan yang sama dengan daftar penamaan utama musim badai Atlantik.

"Nama-nama yang dimulai dengan Q, U, X, Y dan Z masih belum cukup umum atau mudah dipahami dalam bahasa lokal," kata WMO.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement