Fenomena yang disebut juga 'cahaya hidup' atau 'cahaya dingin' ini dipicu oleh reaksi kimia pada ikan, yang mengandung molekul luciferin yang menghasilkan sedikit sinar ketika bereaksi dengan cahaya.
'Bioluminescence sering dilihat sebagai peristiwa spektakuler namun tidak biasa di laut. Kini semakin jelas bahwa menghasilkan cahaya di kedalaman, memainkan peran penting dalam penataan ekosistem terbesar di planet kita.
“Studi eksperimental pertama terhadap tiga spesies hiu bercahaya dari Selandia Baru ini, memberikan wawasan tentang keragaman bioluminescence hiu dan menyoroti perlunya lebih banyak penelitian untuk membantu memahami penghuni laut dalam yang tidak biasa ini,” tulis para peneliti dalam studi itu.
Studi ini sebagian besar berfokus pada hiu sirip layang-layang, karena para peneliti bingung mengapa vertebrata besar memiliki kemampuan bersinar.
Mereka menemukan bahwa meskipun memiliki sedikit predator, hiu kitefin memiliki salah satu ukuran kecepatan jelajah paling lambat.
Setelah menganalisis isi perut spesimen, tim menemukan bahwa hiu kitefin biasanya memakan hiu lentera yang lebih kecil yang memiliki kecepatan berenang lebih cepat.
Mengetahui hal ini, tim berhipotesis bahwa hiu sirip layang menggunakan pendaran cahaya ke dasar laut saat mencari dan berburu mangsa, serta memungkinkannya untuk menyerang dalam mode siluman.