REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom sedih dengan hancurnya teleskop Arecibo di Puerto Rico, yang merupakan teleskop radio satu piring terbesar kedua di dunia. Namun hal itu dapat terobati karena Square Kilometre Array Observatory (SKAO) menyetujui pembentukan teleskop radio terbesar di dunia.
SKAO adalah organisasi antar pemerintah yang didedikasikan untuk astronomi radio. Dilansir dari Gulf Times pada Senin (8/2), inisiatif ini digambarkan sebagai salah satu proyek ilmiah besar di abad ke-21.
Pertemuan dewan dipimpin oleh negara-negara yang telah meratifikasi perjanjian SKA Australia dan Afrika Selatan, sebagai negara tuan rumah teleskop serta Italia, Belanda, Portugal dan Inggris Raya sebagai markas besar organisasi itu dengan kantor di observatorium radio Jodrell Bank.
Dalam kesempatan itu, hadir pula perwakilan dari Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Swedia dan Swiss. Mereka duduk sebagai pengamat. Tidak seperti teleskop optik, teleskop radio dapat mendeteksi gas tak terlihat. Oleh karena itu, dapat mengungkap area ruang yang mungkin tertutup debu kosmik.
Sejak sinyal radio pertama dideteksi oleh fisikawan Karl Jansky pada tahun 1930-an, para astronom telah menggunakan teleskop radio untuk mendeteksi gelombang radio yang dipancarkan oleh berbagai objek di alam semesta dan menjelajahinya. Menurut NASA, bidang astronomi radio berkembang setelah Perang Dunia II dan menjadi salah satu alat terpenting untuk melakukan pengamatan astronomi sejak itu.
Teleskop Arecibo, dibangun pada tahun 1963, berkat radarnya yang kuat. Teleskop ini digunakan untuk mengamati planet, asteroid, dan ionosfer. Arecibo membuat beberapa penemuan selama beberapa dekade, termasuk menemukan molekul prebiotik di galaksi jauh, exoplanet pertama, dan pulsar milidetik pertama.
Teleskop SKA, yang terdiri dari sejumlah besar penerima radio, akan ditempatkan di lokasi terpencil dan tak berpenghuni di Karoo di Northern Cape Afrika Selatan, dan di Murchison di Australia Barat. Operasi, pemeliharaan dan konstruksi akan diawasi oleh SKAO.
Penyelesaian diharapkan memakan waktu hampir satu dekade dengan biaya lebih dari 2,4 miliar dolar AS. Harapannya, upacara peletakan batu pertama yang diantisipasi menjelang akhir tahun ini.
Teleskop tersebut akan menggabungkan campuran antena parabola, atau "piring", serta antena dipol, yang terlihat seperti antena TV tradisional. Tujuannya, membangun area pengumpulan efektif seluas ratusan ribu meter persegi. Sistem akan beroperasi pada rentang frekuensi dari sekitar 50 megahertz hingga pada akhirnya, 25 gigahertz.