Kamis 28 Jan 2021 14:31 WIB

Vaksin Lemah Bisa Picu Munculnya Mutasi Virus Berbahaya

Vaksin lemah pada kondisi tertentu justru menguntungkan varian virus yang berbahaya.

Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto:

Efek samping vaksin lemah

Vaksin yang "lemah" atau penangguhan pemberian dosis kedua vaksin, bisa memicu efek samping yang berlawanan dengan yang diharapkan. Pakar virologi Andrew Read dari Pennsylvania State University sudah memperingatkan kemungkinan efek samping merugikan itu. Risetnya dengan virus ayam pada 2001 memberikan kesimpulan, vaksin dengan keampuhan lemah, pada kondisi tertentu justru menguntungkan varian virus yang berbahaya.

Karena itu kebijakan penangguhan pemberian dosis kedua vaksin COVID-19, seperti yang saat ini diterapkan di Inggris, dan kemungkinan menyusul diterapkan di AS, diamati dengan kritis. Orang yang sudah mendapat dosis pertama vaksin, memang mengembangkan imunitas, namun belum sepenuhnya membangun respons kekebalan tubuh yang kuat.

Tubuh berjuang lebih lama melawan virusnya, dan memberikan waktu kepada virus untuk lolos dari kematian akibat vaksin. Jika varian virus semacam itu menginfeksi orang yang belum divaksin, dampaknya bisa fatal.

Penangguhan pemberian dosis kedua vaksin yang meluas, bisa menciptakan kelompok jutaan manusia yang memiliki cukup antibodi untuk memperlambat serangan virus corona agar tidak jatuh sakit, tapi tidak cukup kuat untuk memusnahkan virusnya.

"Ini bisa menjadi resep ideal untuk terciptanya varian yang kebal vaksin" kata pakar virologi Florian Krammer dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai dalam jurnal ilmiah Science.

Namun ilmuwan lain memiliki pendapat berbeda.  Pakar evolusi mikrobiologi Andrew Read dari Pennsylvania State University menyebutkan, lebih menguntungkan jika lebih banyak orang yang secepatnya mendapat vaksinasi dosis pertama. "Dua kali lebih banyak orang yang memiliki separuh imunitas, harusnya lebih baik dibanding hanya separuh kuantitas dengan imunitas penuh," papar Read.

Apakah perlu update vaksin musiman?

Untungnya beberapa jenis vaksin tidak kehilangan keampuhannya, akibat evolusi normal virusnya. Contohnya vaksin cacar atau campak Jerman tidak mengembangkan mutasi yang bisa lolos dari imunitas yang dipicu vaksinasi. Dalam beberapa dekade terakhir, hanya sedikit virus yang mengembangkan resistensi.

Namun ada kekecualian, misalnya pada virus infuenza, yang terus menerus melakukan mutasi, hingga tiap musim harus dikembangkan vaksin yang sesuai.

Jika SARS-CoV-2 berperilaku serupa virus flu, artinya vaksin corona harus terus menerus diaktualisasi. Update semacam itu untuk vaksin berbasis mRNA menurut BioNTech-Pfizer bisa dilakukan dalam hitungan minggu. Tapi produksi, uji klinis dan regulasinya tentu memerlukan waktu cukup panjang. Padahal saat ini pusat imunisasi di seluruh dunia, mengharapkan secepatnya mendapat suplai vaksin anti corona.

 

sumber: https://www.dw.com/id/vaksin-lemah-bisa-picu-mutasi-virus/a-56360655

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement