Sabtu 26 Dec 2020 22:05 WIB

Cokelat 120 Tahun untuk Ratu Inggris Ditemukan di Australia

Cokelat dipesan oleh Ratu Victoria untuk menghibur pasukan perang.

Logo Cadbury yang ditekankan ke dalam cokelat dan sudah berusia seabad masih terbaca.

Cerita kontroversi

Ada kisah lain di balik kisah cokelat Banjo Paterson yang mengandung kontroversi. Perusahaan Cadbury di Inggris mengatakan kepada ABC jika permintaan awal tahun 1899 dari Istana Buckingham adalah untuk membuat 70.000 sampai 80.000 pon kaleng coklat… yang dibayar dari uang pribadi [Ratu Victoria] untuk pasukan di Afrika Selatan.

Menurut memo internal dari Cadbury Brothers, "kakao harus dibuat menjadi pasta dan dipermanis agar siap digunakan dalam kondisi kehidupan kamp dan siap pakai, juga kaleng harus dibuat dan didekorasi secara khusus."

Tetapi pemilik Cadbury adalah pecinta damai. Perusahaan itu pada awalnya tidak ingin berurusan, apalagi memasok produk mereka untuk perang Boer.

Pesanan tersebut kemudian diubah dari kaleng kakao menjadi blok cokelat dan Cadbury pada awalnya menolak untuk mencantumkan namanya di kaleng atau cokelat di dalamnya.

Akhirnya Istana memenangkan tarik ulur diplomatik dengan Cadbury,. Ratu bersikeras jika pasukannya tahu bahwa itu adalah cokelat Inggris yang "berkualitas baik".

Dan kualitasnya tampaknya terbukti cukup baik untuk bisa bertahan lebih dari satu abad dengan hanya mengalami sedikit kerusakan.

Konservasi dari penggalangan dana publik

Kaleng coklat dan kliping koran dari masa Banjo Paterson sebagai koresponden perang, dipegang sendiri oleh Banjo sampai kematiannya pada tahun 1941. Selanjutnya, benda ini diturunkan dari generasi ke generasi sebelum diakuisisi oleh National Library of Australia tahun lalu.

Sekarang Perpustakaan Nasional Australia ini telah memulai upaya untuk melestarikan dan mendigitalkan koleksi Banjo supaya bisa dibagikan kepada dunia.

Berkat daya tarik "The Banjo", pembiayaan untuk proyek tersebut datang melalui penggalangan dana publik.

Direktur Jenderal NLA Marie-Louise Ayres mengatakan, perpustakaan dengan mudah mengumpulkan 150 ribu dolar Australia atau lebih dari Rp1.5 miliar untuk katalog dan pelestarian koleksi milik Banjo.

"Setiap tahun kami meminta setiap anggota masyarakat apakah mereka ingin berkontribusi pada sebuah proyek," kata Dr Ayres.

"Makalah Banjo Paterson adalah koleksi ikonik, kami yakin ketika kami pergi ke publik dan meminta bantuan, mereka akan memberikannya dan mereka sudah melakukannya."

Harta karun lain yang dilestarikan dari koleksi Banjo Paterson termasuk versi awal "Waltzing Matilda" dan potret gelatin perak besar yang kemudian direproduksi pada uang kertas Australia pecahan $10.

Sayangnya, foto itu robek dan rusak karena air di rumah keluargaBanjo dan tentu saja kondisinya lebih buruk daripada cokelat Banjo. Koleksi Banjo Paterson akan tersedia untuk dilihat secara online setelah proyek selesai.

Untuk saat ini, cokelat akan disimpan di Perpustakaan Nasional Australia, tersimpan dengan aman di tempat yang sejuk dan kering.

 

sumber: https://www.abc.net.au/indonesian/2020-12-21/perpustakaan-nasional-temukan-cokelat-berusia-120-tahun/13003542

sumber : ABC.net

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement