Sabtu 26 Dec 2020 16:08 WIB

Peneliti Indonesia Buat Layar Ponsel dari Limbah Sawit

Layar dikembangkan dengan teknologi nanoselulosa oleh peneliti LIPI.

Peneliti LIPI Amanda Septevani.
Foto: dw
Peneliti LIPI Amanda Septevani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Layar ponsel yang anti retak dan dibuat dari bahan ramah lingkungan? Ada! Ini adalah fokus penelitian Amanda Septevani, peneliti kimia LIPI.

Indonesia termasuk ke dalam salah satu pasar smartphone terbesar di Asia dengan tren perkembangan yang terus naik. Menurut data Pew Research tahun 2019, jumlah kepemilikan smartphone terutama di kalangan muda, terus meningkat.

Baca Juga

Dari anak muda Indonesia usia 18-34 tahun yang disurvei, kepemilikan smartphone naik dari 38 persen di tahun 2015 menjadi 66 persen di tahun 2018. Tren ini diramalkan akan terus naik di tahun-tahun ke depan.

Kepemilikan ponsel pintar di generasi yang lebih tua juga mengalami kenaikan. Dari responden usia 50+ tahun yang disurvei, diketahui bahwa kepemilikian smartphone naik 11 persen (2015: 2 persen dan 2018: 13 persen).

Indonesia memang pasar ponsel pintar yang besar, namun hingga saat ini peran yang dimainkan oleh anak bangsa hanya sekadar menjadi konsumen. Hal inilah yang ingin diubah oleh peneliti muda LIPI, Amanda Septevani.

Ahli kimia lulusan Australian Institute for Bioengineering and Nanotechnology itu kini mengembangkan layar alat elektronik dari limbah biomassa. Layar yang dikembangkan dengan teknologi nanoselulosa (transformasi kandungan pada tumbuhan setelah melalui proses teknologi nano) itu memiliki banyak keunggulan dibandingkan layar alat elektronik konvensional.

"Jadi penelitian ini sebenarnya terinspirasi dari kegiatan yang biasa saya lakukan saat saya studi S3 di Australia. Jadi, pada saat di Australia saya juga mengembangkan material yang sama, yaitu nanoselulosa yang berasal dari rumput-rumput liar yang ada di Australia. Tapi ketika saya pulang tentunya tidak relevan. Oleh karena itu saya berusaha memikirkan aplikasi lain," kata Amanda.

Dari limbah kelapa sawit

Layar alat elektronik yang diciptakan oleh peneliti kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini memiliki substrat dari biomassa yang diperoleh dari limbah pertanian dan perkebunan. Sumber limbah yang ia gunakan sebagai bahan substrat adalah tandan kosong kelapa sawit. Meski demikian limbah pertanian lainnya seperti tongkol jagung dan serat kenaf juga punya potensi.

Lalu, apa keunggulannya?

"Saat ini layar elektronik itu pada dasarnya didominasi dari substrat yang berasal dari gelas. Substrat yang berasal dari gelas ini tentunya akan mudah sekali retak. Penelitian yang kita kembangkanberasal dari nanoselulosa. Kemudian dari nanoselulosa ini jadi lapisan tipis. Kita ultrafiltrasi kemudian kita hotpress, kita keringkan jadi lapisan tipis yang sifatnya jadi lebih fleksibel. Karena sifatnya lebih fleksible, tentunya harapannya ketika nanti bisa diaplikasikan ke layar elektronik, dia akan bisa menjawab tantangan dari masalah (layar) yang mudah pecah tadi," jelas Amanda.

Selain unggul pada aspek daya tahan, layar elektronik Amanda juga memiliki proses yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Meskipun saat ini juga banyak penelitian yang berusaha mencari substrat lainnya, tapi umumnya masih didominasi dari substrat polimer yang berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

"Kita berusaha mengkaji juga bagaimana caranya supaya kita dapat sumber lain yang dapat diperbaharui, yaitu dari limbah-limbah yang ada di Indonesia."

sumber : DW
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement