Ahad 15 Nov 2020 02:53 WIB

Ilmuwan Temukan Kilatan Tabrakan Dua Bintang Neutron

Dua bintang neutron bertabrakan menghasilkan kilatan sinar gamma dan inframerah.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Bintang. Ilustrasi
Foto: Google
Bintang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ilmuwan mengungkapkan kilatan dari dua bintang neutron yang bertabrakan dan membentuk bintang magnetar, disebut sebagai kilonova. Tanda pertama dari peristiwa besar tersebut adalah suar sinar gamma yang muncul dalam data teleskop luar angkasa pada 22 Mei. Ini mendorong para astronom untuk merakit instrumen terbaik mereka.

Para ilmuwan percaya semburan sinar gamma biasanya berasal dari bintang neutron yang bertabrakan. Mereka sangat ingin melihat sebanyak mungkin pemandangan seperti ‘kembang api’ tersebut.

Baca Juga

Namun saat pengamatan dilakukan, peneliti menyadari ada sesuatu yang aneh sedang terjadi. Anehnya adalah kilatan cahaya tersebut mencakup cahaya inframerah yang jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan, yaitu 10 kali lebih banyak.

Para ilmuwan di balik penelitian baru tersebut berpikir bahwa perbedaan mungkin adalah sebuah ketidaksengajaan yang menghasilkan sesuatu tidak terduga. Pengamatan ini  tidak sesuai dengan penjelasan tradisional untuk ledakan sinar gamma pendek.

"Mengingat apa yang kami ketahui tentang radio dan sinar-X dari ledakan ini, itu tidak cocok,” ujar Wen-fai Fong, astronom di Northwestern University di Illinois dan penulis utama penelitian baru tersebut, dalam sebuah pernyataan, dilansir Space, Jumat (13/11).

Para astronom menggunakan sejumlah fasilitas untuk mempelajari peristiwa tersebut, termasuk diantaranya Observatorium Swift NASA di luar angkasa, Very Large Array di New Mexico dan Keck Observatory di Hawaii, Amerika. Teleskop Luar Angkasa Hubble kemudian dapat melihat radiasi infra merah yang sangat terang dari ledakan itu, memberi tahu para ilmuwan sesuatu yang sangat aneh sedang terjadi.

"Pengamatan Hubble dirancang untuk mencari emisi inframerah yang dihasilkan dari penciptaan unsur-unsur berat, seperti emas, platinum, dan uranium selama tabrakan bintang neutron," jelas Edo Berger, seorang astronom di Center for Astronomy, sekaligus rekan penulis pada penelitian tersebut.

Bintang neutron adalah sisa-sisa bintang meledak super padat dan pijar terang dari tabrakan dua benda yang disebut kilonova. Berger mengatakan, hal yang aneh adalah tim peneliti menemukan emisi inframerah yang jauh lebih terang dari yang diperkirakan. Ini menunjukkan bahwa ada masukan energi tambahan dari magnetar yang merupakan sisa dari penggabungan.

"Fakta bahwa kita melihat pancaran inframerah ini, dan begitu terang menunjukkan bahwa ledakan sinar gamma pendek memang terbentuk dari tabrakan bintang neutron, tetapi yang mengejutkan setelah tabrakan tersebut mungkin bukan lubang hitam, melainkan kemungkinan magnetar,” kata Berger lebih lanjut.

Magnetar adalah peristiwa kosmik, di mana terjadinya kelas bintang neutron supermagnetik yang tidak biasa. Namun, para ilmuwan telah lama bertanya-tanya bagaimana magnetar bersifat magnet.

Menurut Fong, sebagian besar magnetar terbentuk dalam ledakan kematian bintang-bintang masif. Namun, ada kemungkinan bahwa sebagian kecil terbentuk dalam penggabungan bintang neutron dan para peneliti selama ini belum pernah melihat bukti tentang itu, terlebih dalam cahaya inframerah, membuat penemuan ini istimewa.

Kali ini, para peneliti dapat menangkap pemandangan ledakan yang cukup awal untuk melihat puncak inframerah yang memudar dengan segala kemegahannya. Hubble dilaporkan mampu mengambil gambar hanya tiga hari setelah ledakan.

"Anda memerlukan pengamatan lain untuk membuktikan bahwa ada mitra yang memudar terkait dengan merger, bukan sumber statis. Ketika Hubble melihat lagi pada 16 hari dan 55 hari, kami tahu bahwa kami tidak hanya menangkap sumber yang memudar, tetapi juga kami juga menemukan sesuatu yang sangat tidak biasa. " jelas Fong.

Penelitian terbaru dari tim astronom diterbitkan dalam makalah yang dipublikasikan di The Astrophysical Journal pada Kamis (12/11). Makalah juga tersedia dibaca di server pracetak arXiv.org.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement