Rabu 11 Nov 2020 17:34 WIB

Rel Trem Zaman Belanda di Malang tidak akan Dibongkar

Rel trem tersebut akan diberi penanda.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ani Nursalikah
Rel Trem Zaman Belanda di Malang tidak akan Dibongkar. Temuan rel trem dari masa kolonial Belanda dalam proyek pembangunan Kayutangan heritage di Kota Malang, Rabu (11/11).
Foto: Istimewa
Rel Trem Zaman Belanda di Malang tidak akan Dibongkar. Temuan rel trem dari masa kolonial Belanda dalam proyek pembangunan Kayutangan heritage di Kota Malang, Rabu (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wali Kota Malang, Jawa Timur Sutiaji mengaku telah menerima laporan adanya temuan rel peninggalan Belanda di Kayutangan. Sutiaji langsung meminta kontraktor menghentikan pengerjaan proyek di bagian tersebut. Sebab, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan PT KAI perlu memeriksa keadaan rel tersebut. 

"Artinya di sini sudah tidak ada masalah, keputusannya, tetap tidak usah dibongkar, tapi ada penanda. Tadi saya minta ada penanda, jadi andesitnya warna berbeda, jadi supaya orang tahu, bahwa di sini ada rel yang 1903 itu diresmikan," kata Sutiaji.

Baca Juga

Proyek pembangunan kawasan Kayutangan Heritage di Kota Malang memunculkan temuan lawas dari masa Belanda. Para pekerja tidak sengaja menemukan rel trem di sepanjang kawasan Kayutangan.

"Waktu kami bersihkan, kebetulan pas teman-teman ada yang menyentuh. Setelah kita buka internet, 'oh di sini ada bekas rel trem'," kata Konsultan PT Prospera, Warjo saat ditemui wartawan di Kayutangan, Kota Malang, Rabu (11/11).

Warjo dan tim langsung menghubungi pemerhati kereta api, Tjahjana Indra Kusuma untuk mengonfirmasi keberadaan rel trem. Tjahjana membenarkan adanya rel trem dari masa Belanda di sepanjang kawasan Kayutangan. Ia pun langsung diminta mengamankan rel tersebut agar tidak dirusak. 

Saat ditemukan, kondisi besi rel sudah dalam keadaan karat. Sementara untuk bantalannya yang berbahan kayu telah dalam keadaan lapuk. "Tapi secara kondisi 70 sampai 80 persen masih lumayan bagus," jelasnya.

Kawasan Kayutangan Heritage diproyeksikan menyerupai Jalan Malioboro di Yogyakarta. Ada aspek ekonomi, budaya dan sejarah yang tercampur dalam satu kawasan. Pada intinya, Pemkot Malang ingin menghidupkan kembali kawasan itu sebagai pusat perekonomian seperti di masa lampau.

Di kawasan Kayutangan, Sutiaji nantinya tidak akan membolehkan pedagang kaki lima berjualan. Wisatawan yang datang lalu hendak makan bisa membelinya di perkampungan Kayutangan.

"Beli oleh-oleh itu di perkampungan. Di perkampungan itu sudah bagus. Di tepi sungai untuk kongkow (nongkrong) juga bagus," katanya.

Pembangunan Kayutangan mengharuskan penutupan secara total di sejumlah ruas jalan. Hal ini bertujuan agar proyek tersebut dapat berjalan lancar tanpa kerusakan. Dengan demikian, target pembangunan dapat tuntas selama sebulan mendatang.

Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Agung H. Buana mengatakan pada saat dilakukan pengerukan tanah, ditemukan jaringan rel trem yang diresmikan pada 1903, tertimbun di dalam tanah. Menurut Agung, diperkirakan rel trem era kolonial Hindia Belanda tersebut, nantinya juga akan ditemui pada zona I, atau tepat di depan gedung Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Malang. Nantinya, akan dilihat sejauh mana rel tersebut bersinggungan dengan proyek Malang Heritage.

"Dugaan kami, rel ini tidak hanya ditemukan di simpang empat Rajabali saja, tapi juga akan kita lihat nanti di kawasan PLN. Jadi akan kita lihat sejauh mana rel tersebut bersinggungan dengan proyek," kata Agung.

Dia merekomendasikan agar rel tersebut tetap berada di lokasi, namun diberi penanda khusus. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat Kota Malang dan wisatawan mengetahui bahwa pada tahun 1900, Kota Malang telah memiliki moda transportasi.

"Kami ingin memberikan satu pembelajaran kepada masyarakat bahwa Malang itu sejak awal 1900 sudah punya transportasi moda massal," kata Agung.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement