Rabu 11 Nov 2020 17:09 WIB

Rel Trem Kolonial Ditemukan di Proyek Kayutangan Heritage

Rel trem itu diperkirakan dibangun sekitar 15 Februari 1903.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ani Nursalikah
Rel Trem Kolonial Ditemukan di Proyek Kayutangan Heritage. Temuan rel trem dari masa kolonial Belanda dalam proyek pembangunan Kayutangan heritage di Kota Malang, Rabu (11/11).
Foto: Istimewa
Rel Trem Kolonial Ditemukan di Proyek Kayutangan Heritage. Temuan rel trem dari masa kolonial Belanda dalam proyek pembangunan Kayutangan heritage di Kota Malang, Rabu (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pembangunan Kayutangan Heritage di Kota Malang, Jawa Timur memunculkan temuan rel trem dari masa kolonial Belanda. Temuan ini diperkirakan dibangun sekitar 15 Februari 1903.

Pemerhati Kereta Api Tjahjana Indra Kusuma mengatakan, rel yang ditemukan di Kayutangan memiliki panjang enam kilometer (Km). Rel trem ini terbentang dari Stasiun Jagalan sampai Blimbing, Kota Malang. "Rel lintas ini diprediksi tutup pada 1959," katanya," jelas Indra saat ditemui wartawan di Kayutangan, Rabu (11/11).

Baca Juga

Mengenai lebar rel, Indra menyatakan, standar kereta api sekitar 1.067 milimeter (mm). Namun karena faktor cuaca, ukuran rel di Kayutangan agak sedikit melebar dan tidak merata. Tercatat, ada rel yang memiliki lebar 1.100 mm dan 1.067 mm di satu kawasan.

Dari sisi sejarah, Indra merawikan Malang Raya di masa lalu sebagai daerah pedalaman. Alasan kuatnya karena wilayahnya berada di dataran rendah dan tinggi. Daerah ini memiliki potensi hasil bumi yang cukup bagus seperti gula sehingga banyak bermunculan pabrik-pabrik komoditas tersebut.

Alat transportasi massal itu diyakini keberadaannya mengingat potensi yang dimiliki Malang. Bukan sekadar untuk mengangkut hasil bumi sebagai pemasukan Belanda saat itu, tapi juga untuk tenaga kerja atau manusianya.

"Jadi dibutuhkan sarana massal yang alternatif dan saat itu banyak investor yang mau menanamkan jalur kereta api," kata Indra.

Sebelumnya, Arkeolog dari Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono meyakini masih ada sisa-sisa peninggalan jalur kereta api di masa lalu. Selain di Kayutangan, jembatan di wilayah Lokpadas juga mempunyai peninggalan serupa.

Jembatan ini menghubungkan trem dari Blimbing ke Tumpang dengan melintasi Kalisari. Secara umum, jalur kereta api atau trem di masa lalu terbilang cukup panjang dan berpencar ke sejumlah arah.

Jalan utama di kawasan Kayutangan termasuk yang pernah dilalui jalur tersebut. Kemudian berlanjut hingga membelah Alun-Alun Kotak Malang. Menurut Dwi, peninggalan jalur trem tersebut sebenarnya masih ada di tanah-tanah Kota Malang.

Hanya saja, jalur-jalur ini tertutup dengan aspal jalanan. Jika digali, dia yakin, bukti jalur tersebut masih tersedia. Hal yang paling unik, Dwi juga menceritakan, bagaimana dahulu para pedagang kaki lima berjejer di pinggiran rel Alun-alun Kotak, Kota Malang.

Dalam hal ini posisinya sangat dekat dengan jalur tersebut. Dari sini, ia menyimpulkan, ukuran trem termasuk lebar rel terbilang lebih kecil jika dibandingkan dengan kereta saat ini.

Di sisi lain, ia juga menemukan foto di mana tak ada palang pintu di jalur trem Malang Raya. Jalur trem menyatu dengan jalanan kendaraan lain termasuk para pejalan kaki. Kontruksi rel trem sepertinya jelas sangat berbeda dengan yang dimiliki perkeretaapian saat ini.

"Nampaknya tidak terjadi masalah (kecelakaan trem), mungkin kepadatan manusianya saat itu tak seberapa. Satu jalan bisa dipakai semua kendaraan, termasuk di tengah-tengahnya untuk trem," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement