Kamis 05 Nov 2020 23:23 WIB

Astonom Buat Simulasi Pembentukan Bintang Pertama

Ilmuwan mempelajari sisa-sisa bintang untuk mengetahui bintang pertama terbentuk.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Langit malam berbintang/ilustrasi
Foto: Pixabay
Langit malam berbintang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Bagi astrofisikawan, dan kosmolog, kemampuan untuk melihat bintang yang pertama terbentuk di alam semesta adalah hal yang berada di luar jangkauan. Tim peneliti dari Georgia Tech's Center for Relativistic Astrophysics baru-baru ini melakukan simulasi yang menunjukkan seperti apa pembentukan bintang pertama.

Studi yang menjelaskan temuan mereka, diterbitkan dalam Pemberitahuan Bulanan Royal Astronomical Society, dipimpin oleh Gen Chiaki dan John Wise, peneliti pasca-doktoral dan profesor dari CfRA. Mereka bergabung dengan para peneliti dari Sapienza Università di Roma, Observatorium Astronomi Roma, Istituto Nazionale di Astrofisica (INAF), dan Istituto Nazionale di Fisica Nucleare (INFN).

Baca Juga

Hingga sekitar 1 miliar tahun setelah Big Bang, Alam Semesta sedang mengalami apa yang oleh para ahli kosmologi disebut sebagai "Zaman Kegelapan". Saat itu Semesta dipenuhi dengan awan gas yang mengaburkan cahaya tampak dan inframerah.

Dilansir di Universe Today, Kamis (5/11), berdasarkan siklus hidup dan mati bintang, ahli astrofisika berteori bahwa bintang pertama di alam semesta sangat miskin logam.

Bintang ini terbentuk sekitar 100 juta tahun setelah Big Bang. Bintang-bintang ini terbentuk dari sup primordial gas hidrogen, helium, dan sejumlah kecil logam ringan. Gas-gas ini akan runtuh untuk membentuk bintang yang 1.000 kali lebih besar dari Matahari.

Karena ukurannya, bintang-bintang ini berumur pendek dan mungkin hanya ada selama beberapa juta tahun. Pada saat itu, unsur-unsur baru dan lebih berat  tersebar setelah bintang-bintang runtuh dan meledak dalam supernova. Akibatnya, bintang generasi berikutnya akan memiliki unsur yang lebih berat yang mengandung karbon.

Komposisi bintang-bintang ini, yang mungkin terlihat oleh para astronom saat ini, adalah hasil nukleosintesis (fusi) unsur-unsur yang lebih berat dari bintang-bintang generasi pertama. Dengan mempelajari mekanisme di balik pembentukan bintang miskin logam ini, para ilmuwan dapat menyimpulkan apa yang terjadi selama "Zaman Kegelapan" kosmik ketika bintang-bintang pertama terbentuk.

Peneliti John Wise mengatakan, penting untuk benar-benar melihat sisa-sisa dari alam semesta awal ini. Dari 'fosil bintang' inilah ilmuwan mendapatkan gambaran bagaimana bintang terbentuk pertama kali.

"Di situlah simulasi kami berperan untuk melihat hal ini terjadi. Setelah Anda menjalankan simulasi, Anda dapat menonton rangkumannya untuk melihat dari mana logam berasal dan bagaimana bintang pertama dan supernova mereka benar-benar memengaruhi fosil yang hidup hingga saat ini," jelas Wise.

Demi simulasi mereka, tim terutama mengandalkan cluster Georgia Tech PACE. Dengan kekuatan pemrosesan dan penyimpanan data yang sangat besar, tim dapat membuat model supernova redup dari bintang pertama di Alam Semesta.

Peneliti Gen Chiaki menjelaskan, timnya menemukan bahwa bintang-bintang awal ini memiliki kandungan besi yang sangat rendah.

"Bintang seperti itu belum pernah diamati. Studi kami memberi kami wawasan teoretis tentang pembentukan bintang-bintang pertama."kata Chiaki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement