REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang yang mengalami asma karena dipicu oleh alergi tampaknya tidak memiliki peningkatan risiko penyakit yang mengancam jiwa jika terinfeksi virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19. Bagaimana dengan pengidap asma non-alergi?
"Asma belum meningkat sebagai salah satu penyakit komorbid teratas untuk hasil Covid-19 yang lebih buruk," kata Sandhya Khurana, Direktur Pusat Perawatan Asma, Alergi, dan Paru Mary Parkes di Pusat Medis Universitas Rochester, New York, Amerika Serikat (AS).
Selama ini, para dokter selalu khawatir dengan asma dan infeksi virus. Sebab, keduanya tampak memicu eksaserbasi asma secara tidak wajar.
"Tapi apa yang kami lihat sejauh ini meyakinkan,” ujar Khurana, dilansir Health 24, Selasa (3/11).
Terlepas dari itu, perdebatan terus berputar mengenai potensi keparahan Covid-19 pada orang dengan asma non-alergi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang menderita asma yang disebabkan oleh hal selain alergi, yaitu karena olahraga, stres, polusi udara, kondisi cuaca, mungkin memiliki peningkatan risiko infeksi virus corona jenis baru yang parah.
Sebagai contoh, peneliti di Harvard menemukan bahwa asma non-alergi meningkatkan risiko Covid-19 yang parah sebanyak 48 persen. Kesimpulan itu berdasarkan data dari 65 ribu pengidap asma yang dipaparkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology edisi Juni.
"Saya pikir, mereka lebih baik berhati-hati, gelombang berikutnya akan datang. Kita harus lebih berhati-hati,” jelas peneliti senior Liming Liang, seorang profesor genetika statistik di Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Namun, para ahli lain mencatat bahwa data yang melibatkan penderita Covid-19 dan asma non-alergi sangat terbatas. Kesimpulan apapun bahwa orang-orang ini berisiko tinggi terkena infeksi parah bisa jadi keliru. Asma yang mereka alami bisa jadi disebabkan oleh penyakit paru-paru lain yang terkait dengan kasus infeksi virus yang lebih serius.
"Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) meningkatkan risiko penyakit yang lebih parah," jelas Mitchell Grayson, kepala di bidang alergi dan imunologi, Rumah Sakit Anak Nationwide di Columbus, Ohio.
Para peneliti berspekulasi bahwa orang dengan asma yang dipicu alergi mungkin memiliki perlindungan terhadap Covid-19 karena cara virus corona menginfeksi tubuh. SARS-CoV-2 yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 memasuki sel paru-paru dengan terlibat dengan sejenis protein di permukaannya yang disebut reseptor ACE2.
"Dalam pengaturan jenis alergi peradangan, ekspresi reseptor ACE2 tampaknya diatur ke bawah dan lebih rendah, tidak banyak reseptor,” kata Khurana.
Karena tidak banyak reseptor ACE2 tersedia, orang dengan asma alergi mungkin tidak rentan terhadap infeksi parah. Teori ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa penyakit kronis lainnya tampaknya meningkatkan risiko Covid-19.
Dalam pandangan Khurana, diperlukan lebih banyak penelitian, terutama penelitian prospektif yang melacak orang dengan jenis asma yang berbeda sebelum terinfeksi virus corona jenis baru. Ia mengatakan sejauh belum cukup hal diketahui untuk membuat kesimpulan.
“Merupakan praktik yang baik untuk mematuhi pedoman yang disarankan tentang kebersihan tangan dan jarak fisik serta penyamaran dan menghindari situasi apa pun yang dapat membuat Anda terpapar, meskipun jelas bahwa asma alergi tidak berisiko tinggi seperti beberapa penyakit penyerta lainnya," jelas Khurana.