Senin 02 Nov 2020 10:47 WIB

Lubang Ozon Tahunan di Antartika Capai 3 Kali Luas Amerika

Pada puncak luas lubang ozon, kadar zat perusak ozon turun 16 persen.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Lubang ozon yang teramati pada 20 September.
Foto: nasa
Lubang ozon yang teramati pada 20 September.

REPUBLIKA.CO.ID, ANTARTIKA -- Suhu dingin yang terus-menerus dan angin lintar antartika (Sirkumpolar) yang kuat mendukung pembentukan lubang ozon Antartika yang besar dan dalam pada tahun 2020. Lubang ini kemungkinan akan bertahan hingga November.

Pada 20 September 2020, lubang ozon tahunan mencapai area puncaknya di 24,8 juta kilometer persegi. Luasan ini sekitar tiga kali ukuran benua Amerika Serikat.

Baca Juga

Para ilmuwan NASA dan NOAA juga mendeteksi hilangnya ozon selama beberapa minggu di kolom stratosfer setinggi 6 kilometer di dekat Kutub Selatan.

Peta menunjukkan ukuran dan bentuk lubang ozon di Kutub Selatan pada tanggal 20 September. Itu adalah puncak maksimum ukuran lubang ozon sebagaimana dihitung oleh tim NASA Ozone Watch. NASA dan NOAA memantau lubang ozon melalui metode instrumen pelengkap.

Dilansir di Earth Observatory NASA, Senin (2/11), disebutkan bahwa Satelit Aura NASA, satelit NPP Suomi NASA-NOAA, dan satelit JPSS NOAA-20 NOAA semuanya mengukur ozon dari luar angkasa. Microwave Limb Sounder Aura juga memperkirakan tingkat klorin perusak ozon.

Kadar ozon terendah ke 14

Tahun ini merupakan lubang ozon terbesar ke-12 (berdasarkan area) dalam 40 tahun catatan satelit. Tahun 2020 merupakan pembacaan ozon terendah ke-14 dalam 33 tahun pengukuran instrumen.

Para ilmuwan mencatat bahwa penurunan berkelanjutan dalam konsentrasi bahan kimia perusak ozon di atmosfer (yang dikendalikan oleh Protokol Montreal) mencegah lubang menjadi sebesar yang mungkin terjadi di bawah kondisi cuaca yang sama 20 tahun lalu.

"Dari puncak tahun 2000, kadar klorin dan brom di stratosfer Antartika telah turun sekitar 16 persen ke tingkat alami," kata Paul Newman, pakar lapisan ozon dan kepala ilmuwan Bumi di Pusat Penerbangan Luar Angkasa NASA Goddard.

Tahun ini merupakan perubahan dramatis dari 2019, ketika suhu hangat di stratosfer dan pusaran kutub yang lemah menghambat pembentukan awan stratosfer kutub (PSC). Tipe awan ini memicu terjadinya reaksi kimiawi yang melepaskan zat-zat penghancur ozon, seperti klorin dan bromin, di atmosfer.

Lubang ozon tahun lalu adalah yang terkecil sejak awal 1980-an. Kini, lubang ozon, tumbuh menjadi 16,4 juta kilometer persegi pada awal September.

Tingkat atmosfer dari zat perusak ozon meningkat hingga tahun 2000. Sejak itu, zat tersebut perlahan-lahan menurun tetapi tetap cukup tinggi untuk menghasilkan kehilangan ozon musiman yang signifikan. Selama beberapa tahun terakhir dengan kondisi cuaca normal, lubang ozon biasanya tumbuh maksimal 20 juta kilometer persegi.

Semakin menipis

Selain area lubang ozon, para ilmuwan juga melacak jumlah rata-rata penipisan ozon, yakni seberapa sedikit yang tersisa di dalam lubang. Pada tanggal 1 Oktober 2020, balon cuaca yang diluncurkan dari observatorium atmosfer Kutub Selatan NOAA mencatat nilai rendah 104 unit Dobson ozon atmosfer.

Ozone Watch NASA melaporkan nilai harian terendah di 94 Dobson Unit pada 6 Oktober. Sebelum munculnya lubang ozon Antartika pada 1970-an, jumlah rata-rata ozon di atas Kutub Selatan pada bulan September dan Oktober berkisar antara 250 hingga 350 unit Dobson. Jumlah ozon dengan ketinggian antara 13 hingga 21 kilometer, yang diukur di Kutub Selatan, telah mendekati rekor terendah di beberapa titik tahun ini.

"Ini mendekati nol yang bisa kami ukur," kata Bryan Johnson, ilmuwan dari Laboratorium Pemantauan Global NOAA.

Namun, laju penurunan ozon pada bulan September lebih lambat dibandingkan dengan 20 tahun lalu, yang konsisten dengan berkurangnya klorin di atmosfer. Diketahui, lapisan ozon berfungsi untuk melindungi Bumi dari radiasi sinar matahari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement