REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada banyak fenomena menarik yang terjadi selama pekan ini. Pekan ini akan didominasi oleh Blue Moon atau Bulan Biru yang terjadi pada Sabtu (31/10).
Blue moon adalah bulan purnama kedua yang terjadi pada satu bulan yang sama. Blue moon pada (31/10) menjadi bulan purnama pertama sejak 1944.
Dilansir dari laman Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), puncak purnama terjadi pada 21.49 WIB dan terletak di konstalasi Aries. Sedangkan apogee Bulan terjadi pada pukul 01.29 WIB dengan jarak geosentrik 406.398 km.
Purnama ini dinamakan juga purnama mikro karena jaraknya berdekatan dengan titik apogee atau titik terjauh Bulan terhadap Bumi. Bulan purnama bisa dinikmati pada arah Timut-Timur Laut sebelum terbenam matahari hingga Barat-Barat laut setelah terbit matahari.
Oposisi Uranus
Akhir pekan juga dapat menyaksikan oposisi Uranus, planet ketujuh dari Matahari. Oposisi Uranus adalah ketika Uranus, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus.
Pada oposisi Uranus, adalah waktu planet itu terlihat paling terang jika diamati dari Bumi. Puncak oposisi Uranus terjadi pada (31/10) pukul 23.03 WIB dengan magnitudo +7,7. Untuk melihat Uranus diperlukan teleskop berdiameter lensa kecil dengan kondisi cuaca yang cerah, bebas dari penghalang dan polusi cahaya.
Planet biru-hijau itu akan menjadi yang terdekat dengan kita. Meskipun malam ini jaraknya masih hampir 19 kali jarak Matahari ke Bumi. Karena membutuhkan 84 tahun untuk mengorbit Matahari, ia tidak akan banyak bergerak dalam beberapa pekan mendatang. Uranus akan terlihat warna biru kehijauan.
Konjungsi Bulan dan Mars
Pada Kamis (29/10) dan Jumat (30/10) Oktober terjadi konjungsi Bulan dan Mars. Puncak konjungsi terjadi pada 30 Oktober pukul 03.18 dengan sudut pisah 2,25 derajat.
Bulan dan Mars dapat diamati sejak 29 Oktober pukul 18.00 dari arah timur dengan sudut pisah 4,27 derajat hingga terbenam pada 30 Oktober pukul 04.10 dari arah barat. Keduanya terletak di konstelasi Pisces.
Dilansir dari Forbes, pada Kamis/Jumat 29/30 Oktober 2020 akan terjadi Hujan meteor Taurid Selatan. Hujan meteor ini tidak dianggap sebagai salah satu hujan meteor besar tahun ini.
Taurid Selatan terkenal dengan bola api. Hujan meteor ini adalah hasil dari puing-puing dan debu yang tertinggal di jalur orbit Bumi mengelilingi Matahari oleh Komet 2P Encke.
Hujan meteor akan berlangsung dari 10 September hingga 20 November, namun puncaknya pada Kamis/Jumat. Bulan yang cerah akan menghalangi hujan meteor.
Komet Neowise
Ini tidak akan menjadi objek yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Namun, jika anda memiliki teropong, anda akan dapat melihat Komet P1 NEOWISE yang juga dikenal sebagai Komet C / 2020 P1 NEOWISE selama akhir Oktober dan awal November. Menurut laman Universe Today, anda perlu melihat ke timur sebelum fajar.