REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langit di seluruh dunia akan diterangi oleh Blue Moon pada pekan ini, yang sekaligus menandai akhir Agustus. Para pengamat bintang akan disuguhi Supermoon ketiga tahun ini, yang akan terjadi pada Rabu (30/8/2023) pukul 21.36 EDT dan pukul 02.35 BST.
Terlepas dari namanya, bulan akan tetap mempertahankan warna abu-abunya selama peristiwa tersebut. Namun, dia mungkin tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari biasanya.
Sebaliknya, Blue Moon mengacu pada fakta bahwa ini adalah bulan purnama kedua setiap bulannya setelah Bulan Sturgeon yang muncul pada tanggal 1 Agustus. Sedangkan Supermoon sering kali diberi nama yang biasanya memiliki makna regional atau sejarah.
Menurut Profesor Don Pollacco dari University of Warwick, Supermoon pada bulan Agustus tampaknya merupakan Supermoon Sturgeon. Karena periode orbit bulan mengelilingi bumi 29,5 hari maka dua bulan purnama mungkin terjadi dalam satu bulan normal.
"Bulan purnama ini pertama kali terjadi pada awal bulan Agustus maka bulan purnama kedua dapat terjadi kemudian pada bulan yang sama. Ini disebut Blue Moon," kata dia.
Supermoon terjadi ketika bulan purnama hampir bertepatan dengan perigee, titik terdekat dalam orbit bulan dengan bumi. "Istilah itu tidak memiliki nilai ilmiah. Para astronom lebih suka menyebutnya bulan purnama perigee, tapi tidak diragukan lagi Supermoon adalah nama yang jauh lebih menarik," ujar astrofisika Giana Masi.
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), ada dua jenis Blue Moon dalam dunia astronomi, antara lain kalender Blue Moon dan Blue Moon musiman. Yang terakhir menggambarkan bulan purnama ketiga dari empat bulan dalam satu musim astronomi. Artinya, satu tahun kalender memiliki 13 bulan purnama, bukan 12 bulan purnama seperti biasanya.
Namun peristiwa hari Rabu sebenarnya masuk dalam kategori kalender sebagai bulan purnama kedua di bulan Agustus setelah Sturgeon Moon pada tanggal 1 Agustus. Umumnya terjadi setiap dua hingga tiga tahun sekali, dan terakhir terjadi pada Agustus 2021.
Meskipun kali ini tidak akan berubah warna, banyak yang mengatakan bulan tampak biru selama berbulan-bulan setelah letusan gunung berapi Krakatau yang dahsyat di Indonesia pada tahun 1883. Abu akibat ledakan membubung hingga ke atmosfer bumi, partikelnya menghamburkan cahaya biru dan membuat bulan juga tampak biru.
Dilansir Daily Mail, Selasa (29/8/2023), untuk mendapatkan pemandangan bulan yang bagus pada hari Rabu, para ahli merekomendasikan untuk menghindari kota-kota besar dan menuju daerah dengan langit cerah. Mematikan lampu di rumah Anda juga dapat meningkatkan visibilitas meskipun peluang Anda sangat bergantung pada cuaca dan bahkan polusi.
Pollacco mengatakan untuk melihat bulan purnama, lihatlah ke timur setelah matahari terbenam. Jika langitnya jelas, Anda akan dapat melihat fenomena itu.
"Bulan sangat terang sehingga kita dapat melihatnya saat tidak terlalu gelap atau bahkan saat cuaca tidak terlalu cerah. Itu akan terlihat sepanjang malam dan terbenam di barat sekitar matahari terbit," ucap dia.