Jumat 23 Oct 2020 18:35 WIB

Lempeng Tektonik Tersembunyi di Bawah Samudera Pasifik

Lempeng tektonik ini mungkin menimbulkan busur gunung berapi di Samudra Pasifik.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Peta lempeng tektonik dunia
Foto: NASA
Peta lempeng tektonik dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan merekonstruksi lempeng tektonik yang telah lama hilang. Lempeng tektonik ini mungkin menimbulkan busur gunung berapi di Samudra Pasifik 60 juta tahun yang lalu.

Dilansir Live Science, lempeng yang dijuluki sebagai Resurrection (kebangkitan) telah lama menjadi kontroversi di kalangan ahli geofisika. Hal itu karena beberapa orang percaya bahwa itu tidak pernah ada.

Baca Juga

Rekonstruksi baru menempatkan tepi lempeng berbatu di sepanjang garis gunung berapi purba yang diketahui. Dari hasil rekonstruksi menunjukkan bahwa itu pernah menjadi bagian dari kerak Bumi, atau lapisan Bumi di tempat yang sekarang adalah wilayah utara Kanada.

Menurut Jonny Wu, seorang ahli geologi di University of Houston, gunung berapi  terbentuk pada batas lempeng. Semakin banyak lempeng, makan akan lebih banyak juga gunung berapi.

“Gunung berapi juga memengaruhi perubahan iklim. Jadi, ketika Anda mencoba membuat model Bumi dan memahami bagaimana iklim telah berubah. Anda benar-benar ingin tahu berapa banyak gunung berapi yang pernah ada di Bumi,” ujar Wu.

Wu dan tim studi yang salah satunya adalah seorang  kandidat doktor geologi Universitas Houston, Spencer Fuston, menggunakan model komputer dari kerak Bumi untuk ‘membuka’ pergerakan lempeng tektonik sejak awal Kenozoikum. Ini adalah era geologi yang dimulai 66 juta tahun yang lalu.

Ahli geofisika sudah mengetahui bahwa ada dua lempeng di Pasifik saat itu, yaitu lempeng Kula dan lempeng Farallon. Karena banyak magma yang ada di sebelah timur lokasi sebelumnya dari lempeng-lempeng tersebut (di tempat yang sekarang adalah wilayah Alaska dan Washington), beberapa ahli geofisika berpendapat bahwa ada bagian yang hilang dalam teka-teki tersebut, yaitu lempengan teoritis yang mereka sebut dengan Resurrection. Magma ini akan ditinggalkan oleh aktivitas vulkanik di tepi lempeng.

Semua lempeng tersebut telah lama menyelam di bawah kerak Bumi dalam proses yang disebut subduksi. Wu dan Fuston menggunakan rekonstruksi komputer untuk membatalkan subduksi ini, secara virtual mengangkat pelat kembali ke permukaan dan memutar ulang gerakan.

Ketika Wu dan Fuston melakukannya, mereka menemukan bahwa Resurrection memang cocok dengan gambaran itu. Keduanya melaporkan temuan mereka pada 19 Oktober di jurnal GSA Bulletin.

"Ketika 'diangkat' kembali ke permukaan Bumi dan direkonstruksi, batas-batas lempeng tektonik Kebangkitan kuno ini sangat cocok dengan sabuk vulkanik kuno di Negara Bagian Washington dan Alaska. Ini menampilkan hubungan yang paling dicari antara catatan geologi Samudra Pasifik kuno dan Amerika Utara,” kata Wu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement