REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkuat manajemen data ilmiah untuk meningkatkan efisiensi penelitian dan mendorong sains terbuka. Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah (PDDI) LIPI telah dan terus melakukan pengelolaan data penelitian melalui Repositori Ilmiah Nasional (RIN).
"Kami sangat peduli dengan manajemen data. Karena setiap orang tahu bahwa sains yang baik selalu diawali dengan memiliki data ilmiah yang baik dan tepat," kata dia, dalam International Conference on Documentation and Information (ICDI) 2020, Rabu (7/10).
Sistem repositori tersebut, kata dia, memiliki tujuan utamanya yaitu untuk melestarikan data ilmiah untuk generasi mendatang. Selain itu juga meningkatkan potensi pemanfaatan data, meningkatkan produktivitas dan efisiensi penelitian, serta meningkatkan visibilitas data di seluruh dunia.
"Sistem repositori itu harus menjamin kepada pemilik data terkait kepemilikan data, hak milik, dan kerahasiaan," katanya.
Ia mengatakan RIN merupakan sistem yang menampung seluruh data riset nasional dan repositori publikasi.
"Pengelolaan data penelitian di sini dilakukan secara terbuka bagi kalangan peneliti lembaga riset di seluruh Indonesia, baik sumber daya maupun metode dari sistem RIN ini," kata Laksana Tri Handoko.
Kepala PDDI LIPI Hendro Subagyo mengatakan dalam pasal 40 ayat 1 Undang-undang Sistem Inovasi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) Tahun 2019 disebutkan bahwa pemerintah pusat menetapkan wajib serah dan wajib simpan atas seluruh data primer dan keluaran hasil penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan.
"Pentingnya pengelolaan data penelitian di lembaga perpustakaan dan lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan harus disosialisasikan terus menerus," katanya.
Melalui kegiatan konferensi internasional itu, LIPI ingin membangun kesadaran masyarakat akademis, peneliti, pustakawan, dan profesional informasi mengenai sains terbuka (open science). Sains terbuka adalah penting dalam membangun jejaring, kerja sama, dan menjalin hubungan dengan komunitas global.
"'Open science' juga penting dalam pengelolaan data penelitian di lembaga perpustakaan, dokumentasi dan informasi, dan lembaga penelitian," ucap dia.